Fisika Modern - Sifat Partikel Dari Gelombang
MAKALAH
SIFAT PARTIKEL DARI GEL0MBANG
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika
Modern 1 yang Dibimbing oleh
Bapak Romy Aprianto M.sc
DI SUSUN OLEH :
KHUSILA ZULHADI
(11.01.03.0496)
FISIKA A/ V
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SAMAWA
SUMBAWA BESAR
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
KATA
PENGANTAR
Puja dan Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah tentang ”Sifat Partikel dari Gelombang “ ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Fisika Modern.
Ucapan terimakasih pula kami
sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini
baik yang berupa materi maupun yang berupa gagasan sehingga makalah ini dapat mencangkup
semua pokok pembahasan. Khususnya kepada dosen pembimbing yang telah memberikan masukan-masukan yang
berharga demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh Karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Sumbawa Besar, September 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Seratus tahun lalu, Albert Einstein muda
membuat karya besarnya. Tak tanggung-tanggung, ia melahirkan tiga buah makalah
ilmiah yang menjadikan dirinya ilmuwan paling berpengaruh di abad ke-20. Tahun
itu dianggap annus mirabilis atau Tahun Keajaiban Einstein. Salah satu makalah
itu adalah tentang efek fotolistrik. Oleh panitia Hadiah Nobel Fisika, makalah
itu dianugerahi Hadiah Nobel Fisika pada 1921. Komunitas fisika dunia
memperingati tahun ini sebagai Tahun Einstein. Dalam momentum peringatan ini
diharapkan muncul Einstein-Einstein abad ke-21. Sejalan dengan ide itulah
panitia akademika Olimpiade Fisika Internasional ke-36 di Salamanca, Spanyol,
memunculkan problem dari penelitian Einstein dalam fotolistrik. Dalam ujian
praktek yang berlangsung di gedung Multiusos Sanchez Paraiso, Universitas
Salamanca, Kamis (7/7) pekan lalu, para kontestan disuguhi soal bagaimana
mengukur konstanta Planck dengan cahaya dari lampu pijar.
Apa hubungan Max Planck dan Albert Einstein?
Pada 1990, Max Karl Ernst Ludwig Planck (1858-1947), ilmuwan dari Universitas
Berlin, Jerman, mengemukakan hipotesisnya bahwa cahaya dipancarkan oleh materi
dalam bentuk paket-paket energi yang ia sebut quanta. Ia memformulakannya
sebagai hv. Penemuan Planck itu membuatnya mendapatkan Hadiah Nobel Bidang
Fisika pada 1918. Gagasan ini diperluas oleh Einstein lima tahun setelah itu.
Dalam makalah ilmiah tentang efek fotolistrik, menurut Einstein, cahaya terdiri
dari partikel-partikel yang kemudian disebut sebagai foton. Ketika cahaya
ditembakkan ke suatu permukaan logam, foton-fotonnya akan menumbuk
elektron-elektron pada permukaan logam tersebut sehingga elektron itu dapat
lepas. Peristiwa lepasnya elektron dari permukaan logam itu dalam fisika
disebut sebagai efek fotolistrik. Einstein menemukan bahwa setiap foton
mempunyai energi yang sangat besar, bergantung pada frekuensi. Dalam fisika,
energi dari foton dituliskan sebagai E = h x f, simbol f adalah frekuensi dan h
adalah konstanta Planck. Nah, dalam soal eksperimen OFI ke-36 itu, para kontestan
diminta menghitung nilai konstanta Planck tersebut melalui percobaan. Semua
kontestan diberikan satu unit rangkaian.
Komponen sistem itu terdiri atas lampu pijar
(bohlam), light dependent resistance (LDR), filter, tabung tes, cairan pewarna
berwarna oranye, baterai, dan alat ukur multimeter digital. Komponen-komponen
itu harus dirangkaikan sesuai dengan skema yang diberikan. Prosedur perangkaian
alat juga disertakan. Sebelum menghitung konstanta Planck, para kontestan harus
lebih dulu menghitung hambatan filamen (kawat pijar) bohlam, panjang gelombang
yang dapat diserap oleh filter, dan sifat-sifat LDR melalui percobaan yang
cukup rumit dengan peralatan yang terbilang sederhana. Menurut Yohanes Surya,
pembina TOFI, dalam percobaan seperti ini, ketelitian, teknik penggunaan
grafik, dan penentuan eror atau kesalahan eksperimen sangat menentukan.
1.2. RumusanMasalah
1.2.1. Bagaimana
proses terjadinya efek fotolistrik ?
1.2.2. Bagaimana
proses terjadinya efek compton ?
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam kehidupan
sehari-hari konsep gelombang dan konsep partikel merupakan dua konsep berbeda
yang tidak ada hubungannya sama sekali. Partikel bukanlah gelombang dan
gelombang bukanlah partikel. Salah satu perbedaan yang mencolok yang dapat kita
lihat antara partikel dengan gelombang adalah ketika dua gelombang atau dua
partikel bertemu. Ketika dua partikel bertemu (keadaan molekul-molekul) kedua
partikel tidak sama sebelum dan sesudah tumbukan. Seperti gambar dibawah ini :
Namun kita lihat dalam dunia atom,
konsep partikel dan konsep gelombang menjadi baur. Sifat pertikel dari
gelombang dan sifat gelombang dari partikel. Tapi fokus utama pembahasan kami
pada makalah ini adalah sifat partikel
dari gelombang.
Pernahkah kamu melihat pelangi? atau Pernahkah
kamu melihat warna-warni di jalan aspal yang basah?. Jika pernah, maka secara tak sengaja Anda
sudah melihat sifat partikel dari gelombang. Tujuh warna indah yang terurai di
langit (Pelangi) ini terjadi akibat adanya dispersi cahaya matahari pada
titik-titik air hujan sedangkan warna-warni yang terlihat di jalan beraspal
terjadi akibat adanya gejala interferensi cahaya.
Gejala dispersi
dan interferensi cahaya menunjukkan bahwa cahaya merupakan gejala gelombang dan
gejala difraksi dan polarisasi cahaya juga menunjukkan sifat gelombang dari
cahaya. Pola warna-warni di atas aspal basah yang dikenai bensin terjadi akibat
interferensi cahaya. Gejala fisika yang lain seperti spektrum diskrit atomik,
efek fotolistrik, dan efek Compton menunjukkan bahwa cahaya juga dapat
berperilaku sebagai partikel. Dan sebagai partikel cahaya disebut dengan foton yang dapat mengalami tumbukan
selayaknya bola.
2.1. Efek Fotolistrik
Ketika seberkas cahaya dikenakan
pada logam, ada elektron yang keluar dari permukaan logam. Gejala ini disebut
efek fotolistrik. Efek fotolistrik diamati melalui prosedur sebagai berikut.
Dua buah pelat logam (lempengan logam tipis) yang terpisah ditempatkan di dalam
tabung hampa udara. Di luar tabung kedua pelat ini dihubungkan satu sama lain
dengan kawat. Mula-mula tidak ada arus yang mengalir karena kedua plat
terpisah. Ketika cahaya yang sesuai dikenakan kepada salah satu pelat, arus
listrik terdeteksi pada kawat. Ini terjadi akibat adanya elektron-elektron yang
lepas dari satu pelat dan menuju ke pelat lain secara bersama-sama membentuk
arus listrik.
Hasil pengamatan terhadap gejala efek
fotolistrik memunculkan sejumlah fakta yang merupakan karakteristik dari efek
fotolistrik. Karakteristik itu adalah sebagai berikut.
- Hanya cahaya yang sesuai (yang memiliki frekuensi yang lebih besar dari frekuensi tertentu saja) yang memungkinkan lepasnya elektron dari pelat logam atau menyebabkan terjadi efek fotolistrik (yang ditandai dengan terdeteksinya arus listrik pada kawat). Frekuensi tertentu dari cahaya dimana elektron terlepas dari permukaan logam disebut frekuensi ambang logam. Intinya bahwa fotolistrik tidak tergantung pada intensitas cahaya yang datang, tapi fotolistrik tergantung pada frekuensi cahaya yang datang.
- Ketika cahaya yang digunakan dapat menghasilkan efek fotolistrik, penambahan intensitas cahaya dibarengi pula dengan pertambahan jumlah elektron yang terlepas dari pelat logam (yang ditandai dengan arus listrik yang bertambah besar). Tetapi, Efek fotolistrik tidak terjadi untuk cahaya dengan frekuensi yang lebih kecil dari frekuensi ambang meskipun intensitas cahaya diperbesar.
- Ketika terjadi efek fotolistrik, arus listrik terdeteksi pada rangkaian kawat segera setelah cahaya yang sesuai disinari pada pelat logam. Ini berarti hampir tidak ada selang waktu elektron terbebas dari permukaan logam setelah logam disinari cahaya.
Misalnya,
ketika suatu bahan natrium disinari cahaya dengan frekuensi lebih kecil dari
5,5 x 1014 Hz tidak terjadi fotolistrik. Walaupun intensitas cahaya
diperbanyak ratusan kali lipat, tetap saja tidak terjadi fotolistrik. Tetapi
jika frekuensinya dinaikkan lebih dari 5,5 x 1014 Hz, maka dapat
terdeteksi adanya fotolistrik. Hasil percobaan ini sangat mengejutkan fisikawan
waktu itu. Mereka bingung mengapa penambahan intensitas tidak mempengaruh
terjadinya gejala fotolistrik. Padahal setahu mereka, cahaya adalah gelombang.
Penambahan intensitas berarti penambahan gelombang. Karena gelombang ini
diserap elektron, maka energi elektron semakin besar. Akibatnya elektron akan
lebih mudah lepas dari logam (terjadi fotolistrik). Tetapi kenyataannya tidak
demikian ! Mengapa ???
Karena karakteristik dari efek fotolistrik
di atas tidak dapat dijelaskan menggunakan teori gelombang cahaya. Diperlukan
cara pandang baru dalam mendeskripsikan cahaya dimana cahaya tidak dipandang
sebagai gelombang yang dapat memiliki energi yang kontinu melainkan cahaya
sebagai partikel. Perangkat teori yang menggambarkan cahaya bukan sebagai gelombang
tersedia melalui konsep energi diskrit atau terkuantisasi yang dikembangkan
oleh Planck dan terbukti sesuai untuk menjelaskan spektrum radiasi kalor benda
hitam. Konsep energi yang terkuantisasi ini digunakan oleh Einstein untuk
menjelaskan terjadinya efek fotolistrik. Persamaan efek fotolistrik Einstein, yaitu:
·
Energi cahaya yang terdiri dari foton-foton
yang saat itu dikenal sebagai gelombang elektromagnetik terkuantisasi dalam
bentuk bundel-bundel energi yang besarnya: E = hf dengan f menyatakan frekuensi cahaya dan h
konstanta Planck (6,626 x 10-34 J.s) . Jika frekuensi cahaya cukup
tinggi maka energi yang diserap ini akan mampu mengeluarkan elektron dari
permukaan logam itu.
Konsep penting yang
dikemukakan Einstein sebagai latar belakang terjadinya efek fotolistrik adalah
bahwa satu elektron menyerap satu kuantum energi. Satu kuantum energi yang
diserap elektron digunakan untuk lepas dari logam dan untuk bergerak ke pelat
logam yang lain. Hal ini dapat dituliskan sebagai : Energi cahaya = Energi ambang +
Energi kinetik maksimum elektron
E = W0 + Ekm
hf = hf0 + Ekm
Ekm = hf – hf0
Perlu diperhatikan bahwa W0 adalah energi ambang logam atau fungsi
kerja logam, f0 adalah frekuensi ambang logam, f adalah frekuensi cahaya yang
digunakan, dan Ekm adalah energi kinetik maksimum elektron yang lepas dari logam dan
bergerak ke pelat logam yang lain. Dalam bentuk lain persamaan efek fotolistrik
dapat ditulis sebagai :
Dimana m adalah massa elektron dan ve adalah dan kecepatan elektron.
Satuan energi dalam SI adalah joule (J) dan frekuensi adalah hertz (Hz).
Tetapi, fungsi kerja logam biasanya dinyatakan dalam satuan elektron volt (eV)
sehingga perlu diingat bahwa 1 eV = 1,6 × 10−19 J.
·
Potensial Penghenti
Gerakan elektron yang ditandai sebagai arus
listrik pada gejala efek fotolistrik dapat dihentikan oleh suatu tegangan
listrik yang dipasang pada rangkaian. Jika pada rangkaian efek fotolistrik
dipasang sumber tegangan dengan polaritas terbalik (kutub positif sumber
dihubungkan dengan pelat tempat keluarnya elektron dan kutub negatif sumber
dihubungkan ke pelat yang lain), terdapat satu nilai tegangan yang dapat
menyebabkan arus listrik pada rangkaian menjadi nol. Arus nol atau tidak ada arus berarti
tidak ada lagi elektron yang lepas dari permukaan logam akibat efek
fotolistrik. Nilai tegangan yang menyebabkan elektron berhenti terlepas dari
permukaan logam pada efek fotolistrik disebut tegangan atau potensial penghenti
(stopping potential). Jika V0 adalah potensial penghenti, maka
Ekm = eV0
Persamaan ini pada dasarnya adalah persamaan
energi. Perlu diperhatikan bahwa e adalah muatan elektron yang besarnya 1,6 × 10−19 C dan
tegangan dinyatakan dalam satuan volt (V).
·
Aplikasi Efek fotolistrik
Efek fotolistrik
merupakan prinsip dasar dari berbagai piranti fotonik (photonic device) seperti lampu LED (light emitting
device) dan
piranti detektor cahaya (photo detector). Efek foto listrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan
suatu zat (logam), bila permukaan logam tersebut disinari cahaya (foton) yang
memiliki energi lebih besar dari energi ambang (fungsi kerja) logam. Efek fotolistrik ini ditemukan oleh
Albert Einstein, yang menganggap bahwa cahaya (foton) yang mengenai logam
bersifat sebagai partikel. Energi kinetik foto elektron yang terlepas:
Ek = h f
- h fo
Ek maks = e Vo
Proses kebalikan foto listrik adalah proses pembentukan sinar X yaitu proses perubahan energi kinetik elektron yang bergerak menjadi gelombang elektromagnetik (disebut juga proses Bremmsstrahlung). Kesimpulan:
- Agar elektron dapat lepas dari permukaan logam maka f > fo
- Ek maksimum elektron yang terlepas tidak tergantung pada intensitas cahaya yang digunakan, hanya tergantung pada energi atau frekuensi cahaya. Tetapi intensitas cahaya yang datang sebanding dengan jumlah elektron yang terlepas dari logam.
2.2. Efek Compton
Pada efek fotolistrik, cahaya dapat dipandang sebagai
kuantum energi dengan energi yang diskrit. Kuantum energi tidak dapat
digambarkan sebagai gelombang tetapi lebih mendekati bentuk partikel. Partikel
cahaya dalam bentuk kuantum dikenal dengan sebutan foton. Pandangan cahaya
sebagai foton diperkuat lagi melalui gejala yang dikenal sebagai efek Compton. Jika
seberkas sinar-X ditembakkan ke sebuah elektron bebas yang diam, sinar-X akan
mengalami perubahan panjang gelombang dimana panjang gelombang sinar-X menjadi
lebih besar. Panjang gelombang sinar X yang terhambur ternyata hanya tergantung
pada besar sudut hamburan, sama sekali tidak tergantung pada lama penyinaran.
Menurut teori gelombang, panjang gelombang sinar X terhambur seharusnya tergantung
pada lama penyinaran. Semakin lam penyinaran, semakin banyak sinar x yang
diserap elektron sehingga ketika sinar X ini dipancarkan kembali, tentu panjang
gelombangnya akan semakin pendek. Jadi dapat kita lihat bahwa sinar X atau
cahaya tidak selalu berkelakuan sebagai gelombang. Gejala ini dikenal sebagai
efek Compton, sesuai dengan nama penemunya, yaitu Arthur Holly Compton.
Sinar-X digambarkan sebagai foton yang bertumbukan dengan
elektron (seperti halnya dua bola bilyar yang bertumbukan). Elektron bebas yang
diam menyerap sebagian energi foton sehingga bergerak ke arah membentuk sudut
terhadap arah foton mula-mula. Foton yang menumbuk elektron pun terhambur
dengan sudut θ terhadap arah semula dan panjang gelombangnya menjadi
lebih besar. Perubahan panjang gelombang foton setelah terhambur dinyatakan
sebagai :
Dimana
m adalah massa diam elektron, c adalah kecepatan cahaya, dan h
adalah konstanta Planck. Sedangkan berdasarkan hukum kekekalan energi kite
peroleh :
Energi foton mula-mula = energi
foton akhir + energi kinetik elektron yang tertolak
hc
= hc + Ek
λ0 λ’
hc/
λ0 adalah energi foton datang, hc/
λ’ adalah energi foton terhambur, dan Ek
adalah energi kinetik elektron yang tertolak. Dengan menggunakan rumus
relativistik , kita peroleh
………………………………………………..(6)
Dengan
Sekarang gunakan hokum
kekekalan momentum pada tumbukan ini. Momentum arah sumbu dan harus kekal. Karena momentum electron dapat
ditulis sebagai, maka kita peroleh hubungan berikut :
Arah sumbu x :
Arah sumbu y :
Kuadratkan kedua persamaan
diatas dan jumlahkan ,
Gunakan hubungan
berikut pada persamaan diatas,
Sehingga kita memperoleh :
…………………………………(7)
Sekarang
kita sederhanakan persamaan energy (6) :
Kurangi persamaan
(7) dengan persamaan (8),
Gunakan lagi
persamaan (6) ke persamaan diatas untuk mendapatkan ,
……………………………………………(9)
DAFTAR PUSTAKA
http://hkhoerustiwa.blogspot.com/2013/03/sifat-partikel-dari-gelombang.html
Helmy Khoerustiwa http://aktifisika.wordpress.com/2010/02/22/sifat-partikel-dari-cahaya-efek-fotolistrik/
hkhoerustiwa.blogspot.com/2013/03/sifat-partikel-dari-gelombang.html
http://taufihasbifisika.blogspot.com/2010/07/sifat-partikel-dari-cahaya-efek.html
Surya, Prof.
Yohanes.2010.Fisika Modern.Tangerang : PT.KANDEL
Komentar
Posting Komentar