Termodinamika - Persamaan Energi, Proses Adibiatik, Entalpi dan Siklus Carnot

MAKALAH


PERSAMAAN ENERGI, PROSES ADIBIATIK, ENTALPI DAN SIKLUS CARNOT

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknk Penulisan Karya Ilmiah yang Dibimbing oleh Bapak Supri Jayadi S.pd
DI SUSUN OLEH :

KHUSILA ZULHADI
(11.01.03.0496)
FISIKA A/ IV


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SAMAWA SUMBAWA BESAR
TAHUN AKADEMIK 2012/2013




KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas anugerah taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah kami yang berjudul “Persamaan Energi, Proses Adibiatik, Entalpi dan Siklus Carnot” dapat kami selesaikan. Makalah ini dilengkapi dengan laporan eksperimen untuk menambah pemahaman pada materi  tentang Dasar Termodinamika. Akhirnya, kami haturkan terimakasih kepada bapak dosen pengampu mata kuliah Termodinamika, pak Supri Jayadi, S.Pd,  yang telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktunya, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Tak ada gading yang tak retak.   Kami menyadari, bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak khususnya bapak dan ibu dosen serta teman-teman mahasiswa guna penyempurnaan makalah ini pada tahap berikutnya. Besar pengharapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan juga sebagai pelengkap hasanah ilmu pengetahuan.




                                                                        Sumbawa Besar ,24 Mart 2013


                                                                                      Kelompok I                     
 


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Thermodinamika adalah ilmu yang membahas hubungan antara panas dengan kerja. Hubungan ini didasarkan pada dua hukum-hukum dasar thermodinamika, yaitu hukum thermodinamika pertama dan hukum thermodinamika kedua.
Termodinamika adalah kajian tentang kalor (panas) yang berpindah. Kumpulan benda-benda yang sedang ditinjau disebut sistem, sedangkan semua yang berada di sekeliling (di luar) sistem disebut lingkungan.
Usaha luar dilakukan oleh sistem, jika kalor ditambahkan (dipanaskan) atau kalor dikurangi (didinginkan) terhadap sistem. Jika kalor diterapkan kepada gas yang menyebabkan perubahan volume gas, usaha luar akan dilakukan oleh gas tersebut. Usaha yang dilakukan oleh gas ketika volume berubah dari volume awal V1 menjadi volume akhir V2 pada tekanan p konstan dinyatakan sebagai hasil kali tekanan dengan perubahan volumenya.
Dalam termodinamika kita akan banyak membahas tentang sistem dan lingkungan. Banyak dari kita yang tidak begitu paham tentang termodinamika, terutama penggunaan hukum termodinamika I. Dalam makalah ini akan membahas tentang penggunaan Hukum Termodinamika I.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1     Apa yang dimaksud dengan persamaan energy?
1.2.2     Bagaimana proses adiabatic?
1.2.3     Apa yang dimaksud dengan entalpi?
1.2.4     Bagaimana proses melingkar karnot?
1.3  Tujuan
1.3.1     Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan persamaan energy
1.3.2     Untuk mengetahui bagaimana proses adiabatic
1.3.3     Untuk mengetahui  apa yang dimaksud dengan entalpi
1.3.4     Untuk mengetahui  bagaimana proses melingkar karnot


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Persamaan Energi
Penerapan Hukum I Termodinamika berkaitan dengan hukum kekekalan energi untuk sebuah sistem yang sedang melakukan pertukaran energy dengan  lingkungan  dan memberikan hubungan antara kalor, energi dan kerja (usaha). Hukum I Termodinamika menyatakn bahwa unntuk setiap proses, apabila kalor ditambahkan ke dalam sistem dan sistem melakukan usaha, maka akan  terjadi perubahan energi . jadi dapat dikatakan bahwa Hukum I Termodinamika menyatakan adanya konsep kekekalan energi.
Energi dalam sistem merupakan jumlah total semua energi molekul pada sistem. Apabila usaha dilakukan pada sistem atau sistem memperoleh kalor dari lingkungannya, maka energi dalam sistem akan  naik. Sebaliknya energi dalam akan berkurang apabila sistem melakukan usaha pada lingkungan atau sistem memberi kalor pada lingkungan. Dengan demikian, perubahan energi dalam pada sistem yang tertutup merupakan selisih kalor yang diterima dengan usaha yang dilakukan oleh sistem. Secara matematis Hukum I Termodinamika ditulis sebagai berikut :
Q = ∆U + W . . . . . (9 – 9)
Dengan :
 Q = Kalor yang diterima atau dilepaskan sistem.
∆U = U2 – U1 = perubahan energy dalam sistem.
W = Usaha yang dilakukan sistem.
Perjanjian tanda yang berlaku untuk persamaan (9 – 9) tersebut  adalah sebagai berikut :
Jika sistem melakukan kerja, maka nilai W berharga positif.
Jika sistem menerima kerja maka nilai W berharga negatif.
Jika sistem melepas kalor maka nilai Q berharga negatif.
Jika sistem menerima kalor maka nilai Q berharga positif.


Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem akan terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem, volume dan suhu sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih dingin). Prinsip ini merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum kekekalan energi.
Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan sistem yang mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang diberikan kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika atau disebut hukum I termodinamika. Secara matematis, hukum I termodinamika dituliskan sebagai
Q = W + ∆U
Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan ∆U adalah perubahan energi dalam. Secara sederhana, hukum I termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut.
Jika suatu benda (misalnya krupuk) dipanaskan (atau digoreng) yang berarti diberi kalor Q, benda (krupuk) akan mengembang atau bertambah volumenya yang berarti melakukan usaha W dan benda (krupuk) akan bertambah panas (coba aja dipegang, pasti panas deh!) yang berarti mengalami perubahan energi dalam ∆U.
∆U = Q – W
Dimana :
∆U = Perubahan energi dalam
Q = Kalor
W = Kerja


Persamaan ini berlaku untuk sistem tertutup (Sistem tertutup merupakan sistem yang hanya memungkinkan pertukaran energi antara sistem dengan lingkungan). Untuk sistem tertutup yang terisolasi, tidak ada energi yang masuk atau keluar dari sistem, karenanya, perubahan energi dalam = 0. Persamaan ini juga berlaku untuk sistem terbuka jika kita memperhitungkan perubahan energi dalam sistem akibat adanya penambahan dan pengurangan jumlah zat (Sistem terbuka merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran materi dan energi antara sistem tersebut dengan lingkungan).
Hukum pertama termodinamika merupakan pernyataan Hukum Kekekalan Energi dan ketepatannya telah dibuktikan melalui banyak percobaan (seperti percobaan om Jimi Joule). Perlu diketahui bahwa hukum ini dirumuskan pada abad kesembilan belas, setelah kalor dipahami sebagai energi yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu.
Energi dalam merupakan besaran yang menyatakan keadaan mikroskopis sistem. Besaran yang menyatakan keadaan mikroskopis sistem (energi dalam) tidak bisa diketahui secara langsung. Yang kita analisis dalam persamaan Hukum Pertama Termodinamika hanya perubahan energi dalam saja. Perubahan energi dalam bisa diketahui akibat adanya energi yang ditambahkan pada sistem dan energi yang dilepaskan sistem dalam bentuk kalor dan kerja. Jika besaran yang menyatakan keadaan mikroskopis sistem (energi dalam) tidak bisa diketahui secara langsung, maka besaran yang menyatakan keadaan makroskopis bisa diketahui secara langsung. Besaran yang menyatakan keadaan makroskopis adalah suhu (T), tekanan (p), volume (V) dan massa (m) atau jumlah mol (n). Ingat ya, Kalor dan Kerja hanya terlibat dalam proses perpindahan energi antara sistem dan lingkungan. Kalor dan Kerja bukan merupakan besaran yang menyatakan keadaan sistem.
Aturan tanda untuk Kalor (Q) dan Kerja (W)
Aturan tanda untuk Kalor dan Kerja disesuaikan dengan persamaan Hukum Pertama Termodinamika. Kalor (Q) dalam persamaan di atas merupakan kalor yang ditambahkan pada sistem (Q positif), sedangkan Kerja (W) pada persamaan di atas merupakan kerja yang dilakukan oleh sistem (W positif). Karenanya, jika kalor meninggalkan sistem, maka Q bernilai negatif. Sebaliknya, jika kerja dilakukan pada sistem, maka W bernilai negative.

Proses Isotermik
Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi perubahan-perubahan di dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi berlangsung dalam suhu konstan, proses ini dinamakan proses isotermik. Karena berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi perubahan energi dalam (∆U = 0) dan berdasarkan hukum I termodinamika kalor yang diberikan sama dengan usaha yang dilakukan sistem (Q = W).
Proses isotermik dapat digambarkan dalam grafik p – V di bawah ini. Usaha yang dilakukan sistem dan kalor dapat dinyatakan sebagai
pers04Dimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.
isothermal_process
Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas dikatakan melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan (∆V = 0), gas tidak melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan sama dengan perubahan energi dalamnya. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada volume konstan QV.
QV = ∆U 
Proses Isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan, gas dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan konstan, gas melakukan usaha (W = p∆V). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada tekanan konstanQp. Berdasarkan hukum I termodinamika, pada proses isobarik berlaku
pers05Sebelumnya telah dituliskan bahwa perubahan energi dalam sama dengan kalor yang diserap gas pada volume konstan
QV =∆U
Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai
W = Qp − QV
Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai selisih energi (kalor) yang diserap gas pada tekanan konstan (Qp) dengan energi (kalor) yang diserap gas pada volume konstan (QV).
diag11

2.2 Proses Adiabatik
Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap) ataupun keluar (dilepaskan) oleh sistem (Q = 0). Dengan demikian, usaha yang dilakukan gas sama dengan perubahan energi dalamnya (W = ∆U).
Jika suatu sistem berisi gas yang mula-mula mempunyai tekanan dan volume masing-masing p1 dan V1 mengalami proses adiabatik sehingga tekanan dan volume gas berubah menjadi p2 dan V2, usaha yang dilakukan gas dapat dinyatakan sebagai
pers06Dimana γ adalah konstanta yang diperoleh perbandingan kapasitas kalor molar gas pada tekanan dan volume konstan dan mempunyai nilai yang lebih besar dari 1 (γ > 1).
341px-adiabaticsvg
Proses adiabatik dapat digambarkan dalam grafik p – V dengan bentuk kurva yang mirip dengan grafik p – V pada proses isotermik namun dengan kelengkungan yang lebih curam.
Dalam proses adiabatik, tidak ada kalor yang ditambahkan pada sistem atau meninggalkan sistem (Q = 0). Proses adiabatik bisa terjadi pada sistem tertutup yang terisolasi dengan baik. Untuk sistem tertutup yang terisolasi dengan baik, biasanya tidak ada kalor yang dengan seenaknya mengalir ke dalam sistem atau meninggalkan sistem. Proses adiabatik juga bisa terjadi pada sistem tertutup yang tidak terisolasi. Untuk kasus ini, proses harus dilakukan dengan sangat cepat sehingga kalor tidak sempat mengalir menuju sistem atau meninggalkan sistem.

Apabila sistem ditekan dengan cepat (kerja dilakukan terhadap sistem), maka kerja bernilai negatif. Karena W negatif, maka U bernilai positif (energi dalam sistem bertambah). Sebaliknya jika sistem berekspansi atau memuai dengan cepat (sistem melakukan kerja), maka W bernilai positif. Karena W positif, maka U bernilai negatif (energi dalam sistem berkurang).
Energi dalam sistem (gas ideal) berbanding lurus dengan suhu (U = 3/2 nRT), karenanya jika energi dalam sistem bertambah maka sistem juga bertambah. Sebaliknya, jika energi dalam sistem berkurang maka suhu sistem berkurang.
Salah satu contoh proses yang mendekati adiabatik terjadi pada mesin pembakaran dalam, misalnya mesin diesel dan mesin motor yang pakai bensin. Pada mesin diesel, udara dimasukan ke dalam silinder dan udara yang berada di dalam silinder ditekan dengan cepat menggunakan piston (kerja dilakukan pada udara). Proses penekanan adiabatik (pengurangan volume sistem) digambarkan melalui kurva 2-1. Karena ditekan dengan cepat secara adiabatik maka suhu udara naik dengan cepat. Pada saat yang sama, solar disemprotkan ke dalam silinder lewat injektor dan campuran terpicu seketika (terjadi proses pembakaran). Pada mesin motor yang pakai bensin, campuran udara dan bensin dimasukkan ke dalam silinder kemudian ditekan dengan cepat menggunakan piston.
2.3 Entalpi
Entalpy suatu sistem adalah penjumlahan dari energi dalam dengan hasil kali tekanan dan volume sistem.
H = U + P.V
Q = H2 – H1
H2 – H1 = m.cp(T2 – T1)
h2 – h1 = cp(T2 – T1)
Entalpi (H) adalah jumlah energi yang dimiliki sistem pada tekanan tetap. Entalpi (H) dirumuskan sebagai jumlah energi yang terkandung dalam sistem (E) dan kerja (W).
H               =          E          +          W

Dengan:
W              =          P          ×          V

E                =          energy (joule)
W              =          kerja    sistem  (joule)
V               =          volume                        (liter)
P                =          tekanan            (atm)
Hukum kekekalan energi menjelaskan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi hanya dapat diubah dari bentuk energi yang  satu menjadi bentuk energi yang lain. Nilai energi suatu materi tidak dapat diukur, yang dapat diukur hanyalah perubahan energi (ΔE). Demikian juga halnya dengan entalpi, entalpi tidak dapat diukur, kita hanya dapat mengukur perubahan entalpi (ΔH).
ΔH                               =          Hp                    Hr
dengan:
ΔH                         =          perubahan        entalpi
Hp                                  =          entalpi             produk
Hr = entalpi reaktan atau pereaksi
a.       Bila H produk > H reaktan, maka ΔH bertanda positif, berarti terjadi penyerapan kalor dari lingkungan ke sistem.
b.      Bila H reaktan > H produk, maka ΔH bertanda negatif, berarti terjadi pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan.
http://www.chem-is-try.org/wp-content/uploads/2012/01/image.jpg

Secara matematis, perubahan entalpi (ΔH) dapat diturunkan sebagai berikut.
H                           =          E          +          W        (1)
Pada          tekanan            tetap:

ΔH                         =          ΔE       +          PΔV    (2)
ΔE                         =          q          +          W        (3)
Wsistem                          =          –PV                             (4)



Substitusi persamaan (3) dan (4) dalam persamaan (2):
H                           =          (q        +          W)       +         PΔV
H                           =          (q                  PΔV)   +         PΔV
H                           =          q

Jadi, pada tekanan tetap, perubahan entalpi (ΔH) sama dengan kalor (q) yang diserap atau dilepas.

Jenis-Jenis Perubahan Entalpi
Perubahan entalpi yang diukur pada suhu 25 oC dan tekanan 1 atm ( keadaan standar) disebutperubahan entalpi standar ( dinyatakan dengan tanda DHo atau DH298 ).
Perubahan entalpi yang tidak merujuk pada kondisi pengukurannya dinyatakan dengan lambangDH saja.
Entalpi molar = perubahan entalpi tiap mol zat ( kJ / mol ).




Perubahan entalpi, meliputi :
a.       Perubahan Entalpi Pembentukan Standar ( DHf o ) = kalor pembentukan
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya pada suhu dan tekanan standar ( 25 oC, 1 atm ). Entalpinya bisa dilepaskan maupun diserap. Satuannya adalah kJ / mol.
Bentuk standar dari suatu unsur adalah bentuk yang paling stabil dari unsur itu pada keadaan standar ( 298 K, 1 atm ).
Jika perubahan entalpi pembentukan tidak diukur pada keadaan standar maka dinotasikan dengan DHf
Contoh :
Catatan :         
DHf unsur bebas = nol
Dalam entalpi pembentukan, jumlah zat yang dihasilkan adalah 1 mol.
Dibentuk dari unsur-unsurnya dalam bentuk standar.
b.      Perubahan Entalpi Penguraian Standar ( DHd o )
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada penguraian 1 mol senyawa menjadi unsur-unsur penyusunnya pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHd. Satuannya = kJ / mol.
Perubahan entalpi penguraian standar merupakan kebalikan dari perubahan entalpi pembentukan standar, maka nilainya pun akan berlawanan tanda.
Menurut Marquis de Laplace, “ jumlah kalor yang dilepaskan pada pembentukan senyawa dari unsur-unsur penyusunnya = jumlah kalor yang diperlukan pada penguraian senyawa tersebut menjadi unsur-unsur penyusunnya. “ Pernyataan ini disebut Hukum Laplace.
Contoh :
Diketahui DHf o H2O(l) = -286 kJ/mol, maka entalpi penguraian H2O(l) menjadi gas hidrogen dan gas oksigen adalah +286 kJ/mol.



c.        Perubahan Entalpi Pembakaran Standar ( DHc o )
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada pembakaran 1 mol suatu zat secara sempurna pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHc. Satuannya = kJ / mol.
d.      Perubahan Entalpi Netralisasi Standar ( DHn o )
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada penetralan 1 mol asam oleh basa atau 1 mol basa oleh asampada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHn. Satuannya = kJ / mol.
Contoh :
DHn reaksi = -200 kJ
DHn NaOH = -200 kJ / 2 mol  =  -100 kJ/mol
DHn H2SO4 = -200 kJ / 1 mol  =  -200 kJ/mol

e.        Perubahan Entalpi Penguapan Standar ( DHovap)
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada penguapan 1 mol zat dalam fase cair menjadi fase gas pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHvap. Satuannya = kJ / mol.
f.       Perubahan Entalpi Peleburan Standar ( DHofus )
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada pencairan / peleburan 1 mol zat dalam fase padat menjadi zat dalam fase cair pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHfus. Satuannya = kJ / mol.
g.      Perubahan Entalpi Sublimasi Standar ( DHosub )
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada sublimasi 1 mol zat dalam fase padat menjadi zat dalam fase gas pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHsub. Satuannya = kJ / mol.

h.      Perubahan Entalpi Pelarutan Standar ( DHosol )
Adalah perubahan entalpi yang terjadi ketika 1 mol zat melarut dalam suatu pelarut ( umumnya air ) pada keadaan standar.
Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHsol. Satuannya = kJ / mol.

2.4 Proses Melingkar Karnot
Siklus Carnot diperkenalkan oleh seorang insinyur berkebangksaan Perancis bernama Sadi Carnot (1796-1832) pada tahun 1824. Siklus ini terdiri dari empat proses seperti pada
Keempat proses itu adalah sebagai berikut.
(1)   Proses AB adalah pemuaian isotermal pada
suhu T1 . Dalam proses ini, gas menyerap
kalor Q1 dari reservoir bersuhu tinggi T1
dan melakukan usaha WAB.
(2)   Proses BC adalah pemuaian adibatik.
Selama proses ini suhu gas turun dari T1
menjadi T2 sambil melakukan usaha WBC
(3)   Proses CD adalah pemampatan isotermal
pada suhu T2, Dalam proses ini, gas
melepas kalor Q2 ke reservoir bersuhu
rendah T2 dan melakukan usaha WCD .
(4)   Proses akhir DA adalah pemampatan
adiabatik. Suhu gas naik dari T2 ke T1
sambil melakukan usaha WDA .
Siklus Carnot merupakan dasar dari mesin ideal, yaitu mesin yang paling efisien, yang selanjutnya diesbut mesin Carnot. Usaha total yang dilakukan oleh gas untuk satu siklus sama dengan luas daerah di dalam siklus. Mengingat selama proses siklus Carnot gas menerima kalor Q1 dari reservoir bersuhu tinggi dan melepas kalor Q2 ke reservoir bersuhu rendah , maka usaha yang dilakukan oleh gas sesuai dengan hukum I termodinamika adalah:

Q = ∆U + W atau Q1 - Q2 = 0 + W
W = Q1 – Q2
dengan:         
Q1 = kalor yang diserap dari reservoir bersuhu tinggi (J)
Q2 = kalor yang dilepas ke reservoir bersuhu rendah (J)

Efisiensi mesin
Dalam menilai untuk kerja suatu mesin, efisiensi merupakan suatu faktor yang penting. Untuk mesin kalor, efisiensi mesin (η) dapat dilihat dari perbandingan kerja yang dilakukan terhadap kalor masukan yang diperlukan, yang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
η = W/Q1 = Q1 – Q2 / Q1 = 1- Q2 / Q1

Untuk siklus Carnot berlaku hubungan Q2/Q1 = T2 / T1sehingga efisiensi siklus
Carnot dapat dinyatakan sebagai:
η = 1 (T2/T1)
dengan:
T1 = suhu reservoir bersuhu tinggi (K)
T2 = suhu reservoir bersuhu rendah (K)
Kerja pada proses ekspansi isothermal 1-2 :


Kerja pada proses ekspansi adiabatik 2-3 (dQ = 0 ; dW = - dU) :


Kerja pada proses kompresi isothermal 3-4 :


Kerja pada proses kompresi adiabatik 4-1 :


Pada proses ekspansi isothermal 1-2 dan proses kompresi isothermal 3-4, energi dalam gas ideal adalah konstan, maka :
W2 = Q2  ;  W1 = Q1
Dengan demikian kerja netto pada proses melingkar carnot  menjadi :
W = Q2 – Q1
Efisiensi thermis dari lingkaran carnot adalah :

Dari kedua persamaan diatas didapat hubungan :

2.5. Laporan Eksperimen Termodinamika
A.                Tujuan          
Untuk membuktikan bahwa energi panas dapat berubah menjadi energi gerak
B.                 Landasan Teori
Hukum I Termodinamika menyatakan bahwa untuk setiap proses apabila kalor ditambahkan ke dalam sistem dan sistem melakukan usaha, maka akan terjadi perubahan energi. Jadi, dappat dikatakan bahwa Hukum I Termodinamika menyatakan adanya konsep kekekalan energi.
C.                Alat dan Bahan
1.                  1 Buah kompor
2.                  Jagung
3.                  Wajan
4.                  Tutup wajan
5.                  Mentega

D.                Langkah Kerja
1.                  Hal yang pertama kita nyalahkan kompor.
2.                  Letakkan wajan diatas kompor yang telah menyala.
3.                  Masukkan mentega kedalam wajan yang telah diletakkan diatas kompor yang menyala.
4.                  Ketika mentega yang telah dimasukkan kedalam wajan yang diletakkan diatas kompor yang menyala,mentega akan mencair dan kita masukkan biji jagung kedalam wajan yang berisi mentega yang telah meleleh,kemudian ditutup.

E.                 Hasil Penelitian
Jagung menjadi popcorn

 F.                 Kesimpulan
       Dari ekperimen kami dapat menyimpulkan bahwa ketika kompor mati jagung itu masih dalam keadaan diam sehingga biji jagung itu tidak memiliki kecepatan serta tekanan, namun ketika kompornya dinyalakan biji jagung mulai mengalami perubahan suhu, sehingga biji jagung itu dapat bergerak serta bentuknya pun akan berubah. Kesimpilan yang dapat kita ambil bahwa semakin besar suhu yang diberikan maka semakin besar pula tekanan yang di timbulkan namun tekanannya berbanding terbalik dengan volumenya. Seperti yang kita ketahui ketika biji jagung masih utuh volumenya masih kecil namun tekanan untuk bergerak keatas besar akan tetapi ketika biji jangung berubah menjadi popcorn maka volumenya semakin besar namun tekanannya kecil.






BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan sistem yang mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang diberikan kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika atau disebut hukum I termodinamika. Secara matematis, hukum I termodinamika dituliskan sebagai
Q = W + ∆U
Dalam proses adiabatik, tidak ada kalor yang ditambahkan pada sistem atau meninggalkan sistem (Q = 0). Proses adiabatik bisa terjadi pada sistem tertutup yang terisolasi dengan baik. Untuk sistem tertutup yang terisolasi dengan baik, biasanya tidak ada kalor yang dengan seenaknya mengalir ke dalam sistem atau meninggalkan sistem. Proses adiabatik juga bisa terjadi pada sistem tertutup yang tidak terisolasi. Untuk kasus ini, proses harus dilakukan dengan sangat cepat sehingga kalor tidak sempat mengalir menuju sistem atau meninggalkan sistem.
Entalpi (H) adalah jumlah energi yang dimiliki sistem pada tekanan tetap. Entalpi (H) dirumuskan sebagai jumlah energi yang terkandung dalam sistem (E) dan kerja (W).
H               =          E          +          W
Siklus Carnot merupakan dasar dari mesin ideal, yaitu mesin yang paling efisien, yang selanjutnya diesbut mesin Carnot. Usaha total yang dilakukan oleh gas untuk satu siklus sama dengan luas daerah di dalam siklus. Mengingat selama proses siklus Carnot gas menerima kalor Q1 dari reservoir bersuhu tinggi dan melepas kalor Q2 ke reservoir bersuhu rendah , maka usaha yang dilakukan oleh gas sesuai dengan hukum I termodinamika adalah:
Q = ∆U + W atau Q1 - Q2 = 0 + W
W = Q1 – Q2
DAFTAR PUSTAKA










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Statistik Fisika - Skor Baku, Koefisien Variansi, Ukuran Kemiringan Data dan Ukuran Keruncingan data

Termodinamika - Persamaan Keadaaan Gas Ideal

Fisika Modern - Sifat Partikel Dari Gelombang