Teknik Penulisan Karya Ilmiah - Menumbuhkan Minat Belajar Fisika Siswa Dengan Metode Diskusi Kelas
MAKALAH
MENUMBUHKAN MINAT BELAJAR FISIKA SISWA DENGAN METODE DISKUSI
KELAS
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknk
Penulisan Karya Ilmiah yang Dibimbing oleh Ibu Widji Astuti, S.Pd, M.Pd
DI SUSUN OLEH :
KHUSILA ZULHADI
(11.01.03.0496)
FISIKA A/ V
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SAMAWA
SUMBAWA BESAR
TAHUN AKADEMIK
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah
SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga pada kesempatan
ini penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Menumbuhkan Minat
Belajar Siswa Dalam Pelajaran Fisika” sebagai salah satu tugas mata kuliah
Tekhnik Penulisan Karya Ilmiah.
Akhirul kalam, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi masukan dan membantu
penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Harapan penulis semoga makalah ini dapat menjadi referensi yang
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Tiada gading
yang tak retak, penulis harapkan masukan para pembaca
untuk meningkatkan kualitas makalah ini.
Sumbawa Besar, … Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar………………………………………………………………………
|
ii
|
Daftar Isi…………………………………………………………………………….
|
iii
|
BAB I: PENDAHULUAN
|
|
1.1.Latar
Belakang……………………………………………………………
|
1
|
1.2.Rumusan
Masalah………………………………………………………...
|
2
|
1.3.Tujuan……………………………………………………………….....
|
2
|
BAB II: PEMBAHASAN
|
|
2.1. Minat Belajar………………………………………………………..….
|
3
|
2.2. Diskusi Kelas………………………………………………….……….
|
13
|
BAB III: Penutup
|
|
3.1. Kesimpulan……………………………………………………............…
|
21
|
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………
|
22
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya manusia Indonesia
yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh-sungguh dan
terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya.
Sumberdaya yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan pribadi, masyarakat,
dan bangsa dalam rangka mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan
tantangan-tantangan yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.
Untuk mewujudkan maksud di atas bukan hal yang mudah dan sederhana.
Membutuhkan waktu yang lama dan memerlukan dukungan seluruh komponen bangsa dan
usaha yang direncanakan secara matang, berkelanjutan, serta berlangsung seumur
hidup.
Upaya untuk meningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah
berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui
Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber
daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan
paradigma baru dengan metodologi pengajaran.
Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah
konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar
memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan
pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa
membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Seperti
yang kita ketahui bersama di zaman yang semakin maju ini tak bisa di hindari
dari segi teknologi dan informasi, begitu juga dengan minat belajar anak didik
dapat digambarkan seperti diagram yang kadang naik dan kadang pula turun.
Sebagai generasi penerus bangsa anak didik haruslah memiliki minat belajar yang
tinggi sehingga kedepannya menjadi orang yang berguna bagi dirinya sendiri,
keluarga, serta bangsa dan negara.
Tetapi
kenyataannya banyak hal-hal yang membuat minat belajar anak didik itu berkurang
seperti hiburan televisi, game, dan internet. Inilah pangkal permasalahan dari
minat belajar ketiga kompenen diatas memiliki efek yang membuat betah sehingga
waktu belajar itu tak ada lagi.
Minat
adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Kurangnya minat
terhadap mata pelajaran fisika menimbulkan kurangnya gairah belajar sehingga
mengakibatkan kurangnya intensitas belajar fisika.
Fisika
sebenarnya bukanlah mata pelajaran yang abstrak dan jauh dari kehidupan
sehari-hari. Sebaliknya penerapan dari ilmu fisika sangat mudah kita temukan
dalam kehidupan sehari-hari.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan minat belajar ?
2. Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar ?
3. Apa
upaya untuk meningktakan minat belajar ?
4. Apa
itu metode diskusi kelas ?
5. Apa
saja yang mempengaruhi metode diskusi kelas ?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui definisi minat belajar.
2. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar.
3. Untuk
mengetahui hal-hal yang dapat meningktakan minat belajar.
4. Untuk
mengetahui definisi metode diskusi kelas.
5. Untuk
mempengaruhi hal-hal yang mempengaruhi meteode diskusi kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Minat
belajar
Minat
tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu
dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan
minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan
menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak
merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum
menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang untuk mempelajarinya.
Suatu
minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa
lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan
melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap
obyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
suatu obyek tersebut.
Mengembangkan
minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana
hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya
sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana
pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani
tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa
belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya
penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan
membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat (dan
bermotivasi) untuk mempelajarinya.
1. Pengertian
minat belajar
Minat
adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yangv menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Menurut Slameto
(2003 : 57) minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan
terus-menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan. Lebih
lanjut dijelaskan minat adalah suatu rasa suka dan ketertarikan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Dari pengertian
diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat belajar adalah kecenderungan
tertarik pada sesuatu yang relatif tetap untuk lebih memperhatikan dan
mengingat secara terus-menerus yang diikuti rasa senang untuk memperoleh suatu
kepuasan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2. Faktor-faktor yang
mempengaruhi minat belajar siswa
Berhasil atau tidak seseorang dalam
belajar disebabkan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil
belajar, begitu pula dengan faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar
siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi banyak jenisnya, tetapi digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu faktor intern, dan faktor ekstern, faktor internl
adalah faktor yang ada dalam individu seperti faktor, kesehatan, bakat
perhatian, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu
(dirinya) seperti Keluarga, sekolah, masyarakat.
Dibawah ini akan dikemukakan faktor-faktor
yang mempengaruhi minat belajar tersebut.
a. Faktor-faktor Intern
Faktor internal yang mempengaruhi
minat belajar siswa adalah faktor biologis dan faktor psikologis.berikut adalah
uraian dari kedua faktor tersebut.
1) Faktor Biologis
Ada banyak faktor biologis yang
mempengaruhi minat belajar, diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Faktor Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat
besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar, bila seseorang kesehatannya
terganggu misalkan sakit pilek, demam, pusing, batuk dan sebagainya, dapat
mengakibatkan cepat lelah, tidak bergairah, dan tidak bersemangat untuk
belajar. Demikian halnya jika kesehatan rohani (Jiwa) seseorang kuarang baik,
misalnya mengalami perasaan kecewa karena putus cinta atau sebab lainnya, ini
bisa mengganggu atau mengurangi semangat belajar.Oleh karena itu, pemeliharaan
kesehatan sangat penting bagi setiap orang, baik fisik maupun mental, agar
badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan bersemangat dalam melaksanakan
kegiatan belajar.
b) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang
menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat tubuh
seperti buta, tuli, patah kaki, lumpuh dan sebagainya bias mempengaruhi
belajar, siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Sebenarnya jika hal ini
terjadi hendaknya anak atau siswa tersebut dilembagakan pendidikan khusus
supaya dapat menghindari atau mengurangi kecacatannya itu.
2) Faktor Psikologis
Ada banyak faktor psikologis, tapi
disini penulis mengambil beberapa saja yang ada relevansinya dengan pembahasan
skripsi ini, faktor-faktor tersebut adalah:
a) Perhatian
Untuk mencapai hasil belajar yang
baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya,
jika bahan atau materi pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka minat
belajarpun rendah, jika begitu akan timbul kebosanan, siswa tidak bergairah
belajar, dan bias jadi siswa tidak lagi suka belajar. Agar siswa berminat dalam
belajar, usahakanlah bahan atau materi pelajaran selalu menarik perhatian,
salah satunya usaha tersebut adalah dengan menggunakan variasi gaya mengajar
yang sesuai dan tepat dengan materi pelajaran.
b) Kesiapan
Kesiapan menurut James Drever
adalah, Prepanednesto Respond or Reach. Kesiapan adalah kesediaan untuk
memberikan response atau bereaksi kesediaan itu timbul dalam diri seseorang dan
juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar
mengajar, seperti halnya jika kita mengajar ilmu filsafat kepada anak-anak yang
baru duduk dibangku sekolah menengah, anak tersebut tidak akan mampu memahami
atau menerimanya. Ini disebabkan pertumbuhan mentalnya belum matang untuk
menerima pelajaran tersebut. Jadi menganjurkan sesuatu itu berhasil jika tarif
pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya, potensi-potensi jasmani atau
rohaninya telah matang untuk menerima karena jika siswa atau anak yang belajar
itu sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya itupun akan lebih baik dari pada
anak yang belum ada kesiapan.
c) Bakat atau Intelegensi
Bakat adalah kemampuan untuk
belajar.Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata
sesudah belajar, misalkan orang berbakat menyanyi, suara, nada lagunya
terdengar lebih merdu disbanding dengan orang yang tidak berbakat menyanyi.
Bakat bias mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa
sesuai dengan bakat, maka siswa akan berminat terhadap pelajaran tersebut,
begitu juga intelegensi, orang yang memiliki intelegensi (IQ) tinggi, umumnya
mudah belajar dan hasilnyapun cenderung baik, sebaliknya jika seseorang yang
“IQ” nya rendah akan mengalami kesukaran dalam belajar. Jadi kedua aspek
kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap minat belajar dan keberhasilan
belajar. Bila seseorang memiliki intelegensi tinggi dan bakatnya ada dalam
bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses
disbanding dengan orang yang memiliki“IQ” rendah dan berbakat, kedua aspek
tersebut hendaknya seimbang, agar tercapai tujuan yang hendak dicapai.
b. Faktor-faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi
minat belajar siswa adalah faktor keluarga dan faktor sekolah. Uraian berikut
akan membahas kedua faktor tersebut.
1)
Faktor
Keluarga
Minat belajar siswa bias dipengaruhi
oleh keluarga seperti cara orang tua mendidik, suasana rumah dan keadaan
ekonomi keluarga. Akan diuraikan sebagai beriku:
a)
Cara
orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya
sangat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Hal ini dipertegas oleh
Sutjipto Wirowidjojo yang menyatakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan
yang pertama dan utama. Jika orang tua tidak memperhatikan pendidikan anaknya
(acuh tak acuh terhadap belajar anaknya) seperti tidak mengatur waktu belajar,
tidak melengkapi alat belajarnya dan tidak memperhatikan apakah anaknya belajar
atau tidak, semua ini berpengaruh pada semangat belajar anaknya, bias jadi
anaknya tersebut malas dan tidak bersemangat belajar. Hasil yang didapatkannya
pun tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya.
b)
Suasana
rumah
Suasana rumah dimaksudkan adalah
situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi didalam keluarga, dimana
anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh, ramai dan semrawut tidak
memberi ketenangan kepada anaknya yang belajar. Biasanya ini terjadi pada
keluarga yang besar dan terlalu banyak penghuninya, suasana rumah yang tegang,
ribut, sering cekcok, bias menyebabkan anak bosan di rumah, dan sulit
berkonsentrasi dalam belajarnya. Dan akibatnya anak tidak semangat dan bosan
belajar, karena terganggu oleh hal-hal tersebut.
c)
Keadaan
Ekonomi Keluarga
Dalam kegiatan belajar, seorang anak
akadang-kadang memerlukan sarana prasarana atau fasilitas-fasilitas belajar
seperti buku, alat-alat tulis dan sebagainya. Fasilitas ini hanya dapat
terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang, jika fasilitas tersebut tidak
dapat dijangkau oleh keluarga. Ini bias menjadi faktor penghambat dalam belajar
tapi sianak hendaknya diberi pengertian tentang hal itu. Agar anak bias
mengerti dan tidak sampai mengganggu belajarnya. Tapi jika memungkinkan untuk
mencukupi fasilitas tersebut, maka penuhilah fasilitas tersebut, agar anak
bersemangat senang belajar.
2)
Faktor
sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi
minat belajar siswa mencakup metode mengajar, kurikulum, pekerjaan rumah.
a)
Metode
mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara
yang harus dilalui dalam mengajar, metode mengajar ini mempengaruhi minat
belajar siswa. Jika metode mengajar guru kurang baik dalam artian guru kurang
menguasai materi-materi kurang persiapan, guru tidak menggunakan variasi dalam
menyampaikan pelajaran alias monoton, semua ini bias berpengaruh tidak baik
bagi semangat belajar siswa. Siswa bisa malas belajar, bosan, mengantuk dan
akibatnya siswa tidak berhasil dalam menguasai materi pelajaran.Oleh karena
itu, untuk meningkatkan minat belajar siswa guru hendaknya menggunakan metode
mengajar yang tepat, efesien dan efektif yakni dengan dilakukannya keterampilan
variasi dalam menyampaikan materi.
b)
Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah
kegiatan yang diberikan kepada siswa kegiatan itu sebagian besar adalah
menyajikan bahan pelajaran. Bahan pelajaran yang seharusnya disajikan itu
sesuai dengan kebutuhan bakat dan cita-cita siswa juga masyarakat setempat.
Jadi kurikulum bisa dianggap tidak baik jika kurikulum tersebut terlalu padat,
di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa.
Perlu diingat bahwa system intruksional sekarang menghendaki proses belajar
mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu memahami siswa dengan
baik, agar dapat melayani siswa dan member semangat belajar siswa, agar dapat
melayani siswa dan memberi semangat belajar siswa. Adanya kesesuaian kurikulum
dengan kebutuhan-kebutuhan siswa, akan meningkatkan semangat, dan minat belajar
siswa, sehingga siswa mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.
c)
Pekerjaan
rumah
Pekerjaan rumah yang terlalu banyak
dibebankan oleh guru kepada murid untuk dikerjakan di rumah. Merupakan momok
penghambat dalam kegiatan belajar, karena membuat siswa cepat bosan adalah
belajar siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengerjakan kegiatan yang lain.
Untuk menghindari kebosanan tersebut guru janganlah terlalu banyak memberi
tugas rumah (PR), berilah kesempatan siswa unuk melakukan kegiatan yang lain,
agar siswa tidak merasa bosan dan lelah dengan belajar.
3. Upaya untuk meningkatkan minat
belajar siswa
Untuk meningkatkan minat belajar,
banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru dan peserta didik,
diantaranya antara lain sebagai berikut:
a.
Menjaga
kesehatan, karena jika badan kurang sehat akan menimbulkan rasa malas untuk
belajar.
b.
Harus
mempunyai perhatian terhadap hal yang dipelajari. Jika materi pelajaran yang
disampaikan kurang menarik sehingga siswa kurang perhatian dalam pelajaran,
maka minat belajarnya akan menjadi rendah.
c.
Orang
tua yang terlalu memberikan perhatian dalam belajar dan terlalu menuntut nilai
yang bagus, karena bisa menyebabkan anak malas belajar.
d.
Kesiapan
dalam proses belajar mengajar juga perlu diperhatikan, agar siswa mampu
memahami dan menerima pelajaran, sehingga hasil belajar yang diperoleh nantinya
akan lebih baik.
e.
Fasilitas
dalam belajar yang dilengkapi akan membantu siswa bersemangat dan senang dalam
belajar.
f.
Konstruksi,
desain, tata ruang dalam suatu rumah perlu diperhatikan dengan seksama.
Rancangan rumah secara tak langsung mempengaruhi jiwa penghuninya. Sangat baik
bila disediakan pula ruang belajar khusus, yang ditata sedemikian rupa hingga
anak bisa betah bertahan belajar dalam rumahnya sendiri.
g.
Sebaiknya
siswa belajar atas kemauan diri sendiri, karena orang tua yang memaksakan
kehendak anak itu akan membuat anak sulit untuk mengemukakan pendapatnya dan
sulit untuk mengetahui potensi dirinya sendiri.
h.
Orang
tua memberikan penghargaan kepada anak atas berbagai prestasi yg dilakukan. Dan
orang tua tidak boleh memberi hukuman. Karena, hukuman yg melewati batas akan
membuat harga diri anak turun dan ia enggan untuk belajar.
i.
Guru
hendaknya menggunakan metode mengajar yang tepat dan disesuaikan dengan
kemampuan siswa dalam menyampaikan materi pelajaran
j.
Minat
tidak akan berkembang baik tanpa adanya dukungan dari lingkungan yang sesuai
untuk perkembangan minat, misal teman bergaul.
k.
Bakat
dan intelegensi harus dicari karena mempunyai pengaruh besar terhadap minat
belajar dan keberhasilan belajar.
l.
Percaya
diri harus selalu ditingkatkan. Terkadang ada siswa yang malu atau tidak berani
bertanya, padahal dia tidak bisa dan tidak mengerti apa yang diterangkan oleh
gurunya.
m.
Komukasi
antar siswa, guru dan orang tua harus selalu terjalin agar dapat teratasi jika
ada ketertinggalan dalam hal belajar pada siswa.
n.
Sebaiknya
guru memberikan tugas yang tentang hal yang sudah diterangkan. Karena sering
kali dalam mengerjakan PR siswa tidak mengerti bingung dan akhirnya malas
mengerjakan PR tersebut.
B.
Diskusi kelas
Metode
diskusi kelas memungkinnya adanya interaksi dosen dengan mahasiswa atau antara
mahasiswa dengan mahasiswa. Dengan metode diskusi, dosen dapat membaca pikiran
mahasiswa tentang konsep yang baru dipelajarinya, seperti menilai pemahaman
mereka, apakah mereka salah mengerti atau biasa terhadapn konsep baru tersebut.
Reaksi/emosi mereka terhadap konsep tersebut dapat diamati untuk melihat
kesiapan mereka menerima inovasi/ konsep-konsep baru.
Metode
diskusi baru dapat berjalan dengan baik bila mahasiswa telah memiliki
pengalaman atau konsep dasar tentang masalah yang akan didiskusikan. Maka
metode ceramah dapat dimanfaatkan untuk menerangkan teori atau konsep sebelum
diskusi dilaksanakan.
Urutan
metode tidaklah harus ceramah baru diskusi. Hal ini dapat dilaksanakan secara
fleksibel. Dosen dapat meminta mahasiswa secara kelompok mendiskusikan sesuatu
masalah menurut pengetahuan dan pengalaman mereka. Hasil diskusi dibahas melalui dosen dan dikaitkan dengan
konsep yang akan dikaji. Cara ini memungkinkan dosen untuk memulai pengajaran
dari pengetahuan yang telah dimiliki mahasiswa sehingga konsep baru menjadi
lebih mudah dipelajari dan bermakna bagi mahasiswa.
1. Pengertian
diskusi kelas
Metode diskusi
adalah suatu cara penyampaian materi pelajaran melalui sarana pertukaran
pikiran untuk memecahkan persoalan yang dihadapai (Semiwan, 19990:76).
Sedangkan menurut Suryosubroto (1997:179) mengemukakan metode diskusi adalah
suatu cara penyajian bahan pengajaran dengan guru memberikan kesempatan kepada
siswa atau kelompok-kelompok untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun ke berbagai alternatif
pemecahan suatu masalah.
2. Prasyarat
diskusi
Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksaan diskusi kelompok maupun
diskusi kelas:
a. Konsep
dasar untuk pemecahan masalah dalam diskusi telah dipahami oleh mahasiswa;
b. Pokok-pokok
masalah/ kasus yang akan dibahas harus jelas;
c. Peran
dosen adalah membimbing diskusi, bukan member ceramah.
3. Sikap
peserta diskusi
Ada
beberapa hal yang harus dipatuhi oleh para peserta diskusi agar diskusi
berhasil:
a. Perhatian
terfokus pada diskusi, artinya seluruh peserta perhatiannyaharus terpusat pada
masalah yang didiskusikan .
b. Tidak
ada yang berbicara sendiri atau diskusi kecil, kecualin mereka yang diberi
kesempatan untuk berbicara, dan semua harus memperhatikan sepenuh hati kepada
yang sedang diberi kesempatan untuk berbicara. Istilah yang lebih tepat: tutup
mulut rapat-rapat, buka mata, telinga, dan pikiran lebar-lebar.
c. Menghargai
pendapat orang lain walaupun mungkin pendapatnya berbeda atau bahkan bertolak
belakang dengan pendapatnya. Adanya kesadaran bahwa pendapat orang lain tidak
sepenuhnya dan selamanya salah walaupun berbeda. Dan pendapat diri sendiri
tidak sepenuhnya benar.
d. Mau
mendengar orang lain, tidak hanya mau didengar orang lain.
e. Tidak
memotong pembicaraan orang lain, kecuali dalam keadaan yang sangat terpaksa,
karena pembicaraan sedah keluar dari focus pembicaraan. Itupun harus meminta
izin dahulu kepada moderator.
4. Manfaat
diskusi
Diskusi
tepat untuk:
a. Diberikan
bila mahasiswa telah memilih konsep atau pengalaman terhadap bahan yang akan
didiskusikan, oleh karena itu sebelum diskusi dosen hendaknya telah memberikan
penjelasan tentang bahan yang akan didiskusika. Memaksakan kepada mahasiswa
yang belu memiliki konsep/ pengalaman sama sekali masalah yang akan
didiskusikan akan berakibat kemacetan dalam diskusi.
b. Memperdalam
pengetahuan yang telah dikuasai oleh mahasiswa.
c. Melatih
mahasiswa mengidentifikasi dan memecahkan masalah, serta mengambil keputusan.
d. Melatih
mahasiswa menghadapi masalah scecara berkelompok, berpikir bersama memecahkan
masalah yang mereka hadapi.
5. Kelemahan
metode diskusi
Menurut
Suryosubroto (2002: 186) bahwa metode diskusi juga memliki beberapa kelemahan
yang sebelumnya hendaknya dapat diantisipasi, seperti:
a. Tak
dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada
kepemimpinan siswa dan partisipasi anggota-anggotanya;
b. Memerlukan
keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajarinya sebelumnya;
c. Jalannya
diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang menonjol;
d. Tidak
semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat
problematis saja yang dapat didiskusikan;
e. Diskusi
yang mendalam perlu waktu yang banyak. Siswa tidak boleh merasa dikejar-kejar waktu.
Perasaan dibatasi waktu menimbulkan kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya
tidak bermanfaat;
f. Apabila
suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka,
biasanya sulit membatasi pokok masalahnya;
g. Sering
terjadi dalam diskusi murid kurang berani mengemukakan pendapatnya;
h. Jumlah
siswa didalam kelas yang terlalu besar akan mempengaruhi kesempatan setiap
siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
6. Langkah-langkah
memimpin diskusi
a. Persiapan
1) Merumuskan
tujuan instruksional, mengapa atau alasan harus diadakan diskusi.
2) Menjelaskan
pentingnya diadakan diskusi kelas.
3) Menjelaskan
hasil yang akan dicapai dari diskusi kelas.
4) Menjelaskan
tugas masing-masing kelompok, seperti:
a) Membuat
makalah sesuai dengan tema perolehan undian;
b) Menyiapkan
bahan penyajian berupa power point;
c) Mencari
bahan/ materi untuk pengayaan/ melengkapi makalah.
d) Memperbanyak
makalah sesuai dengan kebutuhan;
e) Presentasi
makalah sekitar 15 menit;
f) Menjawab
pertanyaan-pertanyaan audien pada saat diskusi.
5) Merumuskan
pokok pembicaraan dengan jelas dan ringkas:
a) Mengumpulkan
fakta dan informasi mengenai pokok bahasan;
b) Menyusun
bahan diskusi dalam urutan yang logis dan praktis.
6) Mempertimbangkan
latar belakang konsep dan pengalaman yang telah dimiliki mahasiswa:
a) Apakah
yang telah mereka, rasakan, pikirkan, alami mengenai tema/ permasalahannya;
b) Memprediksikan
apabila dimungkinkan adanya hambatan-hambatan terrtentu yang dapat terjadi pada
saat diskusi, masalah-masalah perbedaan pendapat yang tajam.
7) Menyiapkan
kerangka diskusi secara terperinci:
a) Menentukan
aspek-aspek yang perlu dijadikan pokok-pokok pembicaraan;
b) Menetukan
waktu yang diperlukan untuk membahas tiap aspek (lamanya masing-masing kelompok
mempresentasikan makalah, lamanya diskusi, termasuk peraturan jalannya diskusi/
aturan main diskusi);
c) Menjelaskan
tema/ materi diksusi secara singkat dan jelas berdasarkan aspek-aspek
pembicaraan yang telah ditentukan (no.1);
d) Menjelaskan
secara singkat dan jelas rumusan masalah/ pokok masalah yang harus
didiskusikan;
e) Membagi
pokok pembicaraan dengan cara undian.
8) Menyiapkan
fasilitas:
a) Memperbanyak
bahan diskusi;
b) Menentukan
lokasi diskusi;
c) Mendesain
denah ruang diskusi;
d) Mempersiapkan
referensi atau alat yang dibutuhkan sewaktu diskusi berlangsung.
e) Menyiapkan
sarana/ prasarana diskusi, audio visual yang dibubtuhkan.
9) Pembagian
kelompok:
a) Mahasiswa
memilih/ membentuk kelompok sendiri perkelompok 3 orang.
b) Banyaknya
kelompok 20 kelompok (2 x banyaknya pokok pembahasan) atau disesuaikan dengan
banyaknya mahasiswa, jika hal ini akan dibuat diskusi panel, sekali penampilan
dua kelompok penyaji;
c) Pengundian
materi/ pokok bahasan (setiap pokok bahasan dibahas oleh dua kelompok).
10) Mendesain
ruangan agar semua peserta diskusi maupun penyaji dapat berhadap-hadapan,
sehingga lebih komunikatif dan interaktif.
b. Pelaksanaan
1) Dosen
menginformasikan tujuan instruksional, mengomunikasikan pokok masalah yang akan
didiskusikan, menerangkan prosedur diskusi (presentasi, tanya jawab/ diskusi,
alokasi waktu, menjelaskan aturan main).
2) Kelompok
penyaji yang terdiri dari dua kelompok menyajikan makalah, secara bergantian
secara panel, paling lama 15 menit tiap kelompok.
3) Diskusi
panel, moderator (sementara dosen) mmberikan kesempatan bertanmya kepada audien
per termin, tiap termin 3 penanya. Banyak termin disesuaikan waktu yang
tersedia. Penanya harus memperkenalkan diri, pertanyaan ditujukan kepada
kelompok penyaji yang mana, pertanyaan harus lugas dan jelas.
4) Pemberian
kesempatan kepada kelompok penyaji untuk menanggapi pertanyaan audien.
5) Pada
asaat pelaksanaan, terutama saat diskusi-diskusi kelas tahap awal, tugas dosen
sebagai moderator adalah:
a) Mengendalikan
anggota yang terlalu banhyak bicara;
b) Mengusahakan
anggota yang pemalu untuk berpartisipaasi aktif;
c) Bijaksana
menghadapi sumbangan pikiran yang tidak relavan;
d) Mencegah
perdebatan yang berorientasi pribadi;
e) Mengarahkan
pembicaraan agar tidak menyimpang.
c. Penutup
1) Moderator
menyimpulkan dan merefleksikan hasil diskusi;
2) Evaluasi
pelaksanaan diskusi, memberi kesempatan pada kelompok lain untuk memberikan
evaluasi pelaksanaan diskusi demi kebaikan diskusi selanjutnya;
3) Dosen
memberikan umpan balik dan penguatan Dosen meningkatkan pelaksanaan diskusi
berikutnya kepada calon-calon kelompok penyaji agar mempersiapkan diri lebih
awal dan lebih baik.
7. Usaha
mengatasi kelemahan metode diskusi
Djajadisastra
(1982) mengemukakan langkah untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode diskusi
dalam pembelajaran, yaitu:
a. Murid-murid
dikelompokan menjadi kelompok-kelompok kecil, misalnya lima orang murid setiap
kelompo. Kelompok kecil ini harus terdiri dari muri-murid pandai dan tidak
pandai, yang pandai berbicara dan yang kurang pandai berbicara, murid laki-laki
dan murid perempuan. Hal ini harus diatur benar-benar oleh guru. Disamping itu,
harus pula diperhatikan agar murid-murid yang sekelompok itu benar-benar dapat
bekerja sama. Dalam setiap kelompok ditetapkan ketuanya;
b. Agar
tidak menimbulkan “kelompok isme”, ada baiknya u ntuk setiap diskusi dengan
topic atau problema baru selalu dibentuk lagi kelompok-kelompok baru dengan
cara melakukan pertukaran anggota-anggota kelompok. Dengan demikian murid akan
pernah mengalami suasana bekerja bersama-sama dalam satu kelompok dan juga
perna mengalami bekerja sama dengan semua teman kelasnya;
c. Topik-topik
problema yang akan dijadikan pokok-pokok diskusi dapat diambil dari buku-buku
pelajaran murid, dari surat-surat kabar, dari kejadian sehari-harui disekitar
sekolah,dan kegiatan masyarakat yang menjadi pusat perhatian penduduksetempat;
d. Mengusahakan
penyesuaian dengan berat topic yang dijadikan pokok diskusi. Membagi-bagi
diskusi didalam beberapa hari atau minggu berdasrkan pembagian topic kedalam
topic-topik yang lebih kecil lagi (sub topik). Keleluasaan berdiskusi dapat
pula dilakukan dengan menyelenggarakan suatu pecan diskusi di mana seluruh
pecan itu dipergunakan untuk mendiskusikan problema-problema yang telah
dipersiapkan sebelumnya;
e. Menyiapkan
dan melengkapi semua sumber datayang diperlukan, baik yang tersedia disekolah
maupun yang terdapat diluar sekolah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahansan diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka
dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Dan metode diskusi
adalah suatu cara penyampaian materi pelajaran melalui sarana pertukaran pikiran
untuk memecahkan persoalan yang dihadapai. Semakin baik proses kegiatan belajar mengajar seorang guru
dengan menggunakan metode diskusi, maka semakin tinggi minat belajar seorang
siswa untuk menerima setiap mata pelajaran fisika.
Namun setiap usaha seperti minat
belajar pasti akan selalu memiliki kendala, baik itu faktor internal maupun
faktor eksternal.faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
siswa dan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa.
B.
Saran
Beberapa
tips agar siswa mampu menumbuhkan minat belajar:
1. Guru
harus bersemangat dan antusias dalam mengajar.
2. Ciptakan
suasana yang menyenangkan. Senyuman dapat menggembirakan suasana, terutama pada
perilaku positif siswa yang diharapkan.
3. Menghargai
semua usaha siswa dan semua pekerjaan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Slameto. 2010. Belajar dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
http://juprimalino.blogspot.com/2012/01/faktor-faktor-mempengaruhi-minat.html
Tukirantaniredja. 2011.
Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.
Komentar
Posting Komentar