Telaah Kurikulum Fisika Sekolah - Macam-Macam Kurikulum
MAKALAH
Macam-Macam
Kurikulum
Untuk memenuhi
tugas mata kuliah Telaah Kurikulum Fisika 1
Dosen pembimbing
: Iksan Imanuddin
Disusun
oleh:
KHUSILA ZULHADI
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SAMAWA
2013
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh
, segala
puja dan puji kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat
serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul Macam-Macam Kurikulum.
Makalah ini disusun bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah telaah kurikulum fisika 1 dan sebagai referensi bagi mahasiswa maupun pembaca dalam memahami
kurikulum. Makalah ini disusun dari berbagai referensi yang ada di internet dan
sumber-sumber yang relevan.
Atas terselesaikan makalah
ini tidak terlepas dari bimbingan dosen beserta teman-teman yang ikut membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Untuk itu kami haturkan terimakasih yang
sebesar-besarnya.
Kami menyadari dalam pembuatan
makalah ini masih banyak kesalahan dan masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah
yang selanjutnya.
Sumbawa
besar, 26 oktober 2013
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Salah
satu komponen penting dalam system pendidikan adalah kurikulum, karena
kurikulum merupakan komponene pendidikan, baik oleh pengelola maupun
penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Seiring dengan berjalannya
waktu dinegara kita ini telah banyak melakukan berbagai macam pengembangan
kurikulum mulai dari kurikulum 1994 sampai pada kurikulum KTSP yang masih
berjalan hingga saat ini. Hal ini dikarenakan pemerintah, sekolah maupun guru
semata-mata hanya mencari kurikulum yang tepat agar pendidikan berjalan dengan
lancer dan tepat sasaran. Sehingga dalam pelaksanaan pendidikan bisa berjalan
dengan efektif dan efisien.
Dalam
setiap kurikulum dan pelaksanaannya pasti ada sebuah konsep dalam
perencanaannya, serta kelemahan dan kelebihan dalam pelaksanaannya. Oleh karena
itu, dalam makalah ini penyusun akan membahas tentang kurikulum yang meliputi
konsep, kelebihan dan kelemahannya, perbedaan dengan kurikulum yang lainnya
serta macam-macamnya.
B. Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang diatas maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa
itu kurikulum ?
2. Apa
saja macam-macam kurikulum?
C. Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Agar mahasiswa mengatahui pengertian kurikulum.
2. Agar
mahasiswa mengetahui macam-macam kurikulum
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang
diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rangcangan
pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode
jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan
keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan
pendidikan tersebut. Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang
diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak didiknya, baik didalam sekolah
maupun diluar sekolah. Akan tetapi dalam pasal 1 butirr 19 UU No 20 tahun 2003
tentang SISDIKNAS menjelaskan rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
B. Macam-macam
Kurikulum
Dari
pengertian diatas maka dapat dikelompokkan beberapa kurikulum ditinjau dari
berbagai aspek.
1. Kurikulum
ditinjau dari segi konsep dan pelaksanaannya maka kurikulum dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
a. Kurikulum
Ideal
Kurikulum ideal yaitu kurikulum yang
berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang dicita-citakan sebagaimana yang
tertuang dalam dokumen kurikulum.
b. Kurikulum
Aktual
Yaitu
kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran.
Kenyataan pada umumnya memang jauh berbeda dengan harapan. Namun demikian,
kurikulum actual seharusnya mendekati dengan kurikulum ideal. Kurikulum dan pengajaran
merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk kepada
bahan ajar yang telah direncanakan yang akan dilaksanakan dalam jangka panjang.
Sedang pengajaran merujuk kepada pelaksanaan kurikulum tersebut secara bertahap
dalam belajar mengajar.
c. Kurikulum
Tersembunyi (Hidden Curriculum)
Yaitu segala sesuatu yang terjadi pada
saat pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum factual. Segala sesuatu itu
bisa berupa pengaruh guru, kepala sekolah, tenaga administrasi atau bahkan dari
peserta didik itu sendiri. Kebiasaan guru datang tepat waktu ketika mengajar
dikelas, sebagai contoh, akan menjadi kurikulum tersembunyi yanga kan
berpengaruh pada pembentukan kepribadian peserta didik.
2. Berdasarkan
struktur dan materi mata pelajaran yang diajarkan, kita dapat membedakan:
a.
Kurikulum Terpisah-pisah (separated curriculum)
Kurikulum ini menyajikan segala bahan
pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran yang terpisah-pisah satu sama
lain, seakan-akan ada batas pemisah antara mata pelajaran datu dengan mata
pelajaran lain, juga antara kelas yang satu dengan kelas yang lain.
Beberapa hal positif dari dari separated
curriculum ini adalah : bahan pelajaran disajikan secara sistematis dan logis
dapat dilaksanakan dengan nilai-nilai budaya terdahulu. Kurikulum ini mudah
diubah dan dikembangkan. Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain
bahkan mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah untuk disesuiakan
dengan waktu yang ada.
Sedangkan beberapa kritik untuk
kurikulum ini antara lain : mata pelajaran terlepas-lepas satu sama lain. Tidak
atau kurang memperhatikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Dari sudut psikologis, kurikulum demikian mengandung kelemahan: banyak terjadi
verbalitas dan menghafal serta makna tujuan pelajaran kurang dihayati oleh anak
didik. Kurikulum ini cenderung statis dan ketinggalan jaman.
b.
Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)
Dalam
kurikulum terpadu atau terintegrasi, batas-batas diantara mata pelajaran
sudah tidak terlihat sama sekali, karena semua mata pelajaran sudah dirumuskan
dalam bentuk masalah atau unit. Ciri-ciri kurikulum terintegrasi ini antara
lain : berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi, berdasarkan psikologi belajar
gestalt dan organismik, berdasarkan landasan sosiologis dan sosiokultural,
berdasarkan kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan tau pertumbuhan siswa.
Bentuk kurikulum ini tidak hanya
ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada, tetapi lebih
luas. Bahkan mata pelajaran baru dapat saja muncul dan dimanfaatkan guna
pemecahan masalah. System penyampaian menggunakan system pengajaran unit, baik
pengalam (experience) atau pelajaran (subject matter unit). Peran guru sama
aktifnya dengan peran murid. Guru selaku pembimbing.
Beberapa manfaat kurikulum terpadu
antara lain:
1) Segala
sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang berkaitan erat, bukan fakta
yang terlepas satu sama lain.
2) Kurikulum
ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar, murid dihadapkan
kepada masalah yang berarti dalam kehidupan mereka.
3) Kurikulum
ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.
4) Aktifitas
anak meningkat karena diransang untuk berfikir sendiri dan kerjasama dengan
kelompok
5) Kurikulum
ini muda disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan murid.
Keberatan-keberatan
yang dilontarkan pada pelaksanaan kurikulum terpadu ini adalah:
1)
Guru belum siap untuk melaksanakan kurikulum ini.
2)
Kurikulum ini tidak mempunyai organisasi yang sistematis.
3)
Kurikulum ini memberatkan guru.
4)
Kurikulum ini tidak memungkinkan ujian umum, sebab tidak ada unformitas
satu sama lain.
5)
Anak-anak digunakan untuk bisa menentukan kurikulum.
6)
Pada umumnya kondisi sekolah masih kekurangan alat-alat untuk
melaksanakan kurikulum ini.
c.
Kurikulum Toleransi (Correlated Curriculum)
Yaitu kurikulum yang menekankan perlunya
hubungan diantara dua atau lebih mata pelajaran tanpa menghilangkan batas-batas
setiap mata pelajaran. Misalnya sejarah dan ilmu bumi dapat diajarkan untuk
memperkuat . ada tiga jenis korelasi yang sifatnya bergantung dari jenis mata
pelajaran yaitu:
1)
Korelasi factual, misalnya sejarah dan kesusastraan. Fakta-fakta sejarah
disajikan melalui penulisan karangan sehingga menambah kemungkinan menikmati
bacaannya oleh siswa.
2) Korelasi deskriptif, korelasi ini
dapat dilihat pada penggunaan generalisasi yang berlaku untuk dua atau lebih
mata pelajaran. Misal psikologi dapat berkorelasi dengan sejarah atau ilmu
pengetahuan social dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada dalam psikologi
untuk menerapkan kejadian-kejadian social.
3) Korelasi normative, hamper sama
dengan korelasi deskriptif, peredaannya terletak pada prinsipnya yang berifat
moral social. Sejarah dan kesusasteraan dapat dikorelasikan berdasarkan
prinsip-prinsip moral social dan etika.
Beberapa kelebihan kurikulum ini adalah
:
1)
Dengan korelasi, pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepas-lepas
(terpadu), dengan melihat hubungan erat antara mata pelajaran satu dengan mata
pelajaran lain, minat murid bertambah.
2) Korelasi memberikan pengertian yang
lebih luas dan mendalam karena memandang dari berbagai sudut. Dengan korelasi
maka yang diutamakan adalah pengertian dan prinsip-prinsip bukan pengetahuan
akan fakta, dengan begitu lebih memungkinkan penggunaan pengetahuan secara
fungsional bagi murid-murid.
Kelemahan dari kurikulum mata pelajaran
gabungan ini adalah :
1) Sulit untuk menghubungkan dengan
masalah—masalah yang hangat dalam kehidupan sehari-hari, sebab dasarnya subject
centered.
2)
Brood fields tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam
untuk satu mata pelajaran sehingga hal ini dipandang kurang cukup untuk bekal
mengikuti pelajran di perguruan tinggi.
3. Pengelompokkan
kurikulum ditinjau dari segi pengembangan dan penggunaannya, maka kurikulum
dapat terbagi menjadi :
a.
Kurikulum Nasional (National Curriculum)
Yakni kurikulum yang disusun oleh tim
pengembangan tingkat nasional dan digunakan secara nasional.
b.
Kurikulum Negara Bagian (state curriculum)
Yakni kurikulum yang disusun oleh
masing-masing Negara bagian, misalnya dimasing-masing Negara bagian di Amerika
Serikat.
3.
Kurikulum Sekolah (School Curriculum)
Yakni kurikulum yang dislenggarakan oleh
satuan pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan
kurikulum sekolah lahir dari keinginan untuk melakukan diferensiasi dalam
kurikulum.
Dalam
sejarah pendidikan Indonesia telah
mengalami beberapa pengembangan kurikulum mulai dari rencana pelajaran 1947
sampai yang diterapkan saat ini yaitu KTSP, adapun uraiannya sebagai berikut:
1.
Rencana Pelajaran
kurikulum pertama pada masa kemerdekaan
namanya rencana pelajaran 1947. Ketika itu penyebutanya lebih popular
menggunakan leer plan (rencana pelajaran) ketimbang istilah curriculum dalam
bahasa inggris. Rencana pelajaran 1947 bersifat politis, yang tidak mau lagi melihat
dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum Belanda, yang orientasi pendidikan
dan pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonialis Belanda. Asas
pendididikan di tetapkan Pancasila. Situasi perpolitikan dengan gejolak perang
revolusi, maka rencana pelajaran 1947, baru di terapkan pada tahun 1950. Oleh
karena itu rencana Pelajaran 1947 sering juga disebut Kurikulum 1950.
Susunan Rencana Pelajaran 1947 sangat sederhana,
hanya memuat dua hal pokok , yaitu daftar mata pelajaran dan jam penajarannya,
serta garis – garis besar pengajarannya. Rencana Pelajaran 1947 lebih mengutamakan pendidikan
watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat , daripada pendidikan fikiran.
Materi pelajaran di hubungkan dengan kejadian sehari – hari, perhatian terhadap
kesenian, dan pedidikan jasmani. Mata pelajaran untuk tingkat sekolah rakyat
ada 16, khusus di Jawa, Sunda, dan Madura diberikan bahasa daerah. Daftar
pelajaran adalah bahasa Indonesia, bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu
Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara, Pekerjaan tangan,
pekerjaan keputrian, Gerak Badan, kebersihan dan Kesehatan, Didikan budi
pekerti, dan Pendidikan Agama.
2.
Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata
pelajaran yang di sebut rencana pelajaran terurai 1952. “silabus mata
pelajarannya jelas sekali. Seorang Guru mengajar satu mata pelajaran. Pada masa
itu juga di bentuk kels masyarakat, yaitu sekolah khusus bagi SR 6 tahun yang
tidak melanjutkan ke SMP.
Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti
pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke
jenjang SMP, bisa langsung bekerja”. Kata Djauzak Ahmad, Direktur pendidikan Dasar DEPDIKNAS periode 1991 –
1995. Ketika itu di usia 16 tahun Djauzak adalah Guru SD tambelan dan Tanjung
pinang, Riau.
3. Kurikulum 1964
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau kurikulum 1964. Fokusnya pada
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran
dil]klasifikasikan dalam lima kelompok
Bidang Studi: moral,kecerdasan, emosional/artistic, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
4.
Kurikulum 1964
Kelahiran kurikulum 1968 bersifat
politis: mengganti rencana pendidikan 1964 yang di citrakan sebagai produk Orde
Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968
menekankan pendekatan organisasi materi
pelajaran.
Kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9. Djauzak menyebut kurikulum 1968
sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat pelajaran pokok – pokok saja,” katanya.
Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan
faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat di berikan
kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
5.
Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan,
agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “yang melatarbelakangi adalah
pengaruh konsep di bidang manajemen, yaitu MBO
( management by objective ) yang terkenal saat itu,” Drs. Mudjito, AK, Msi, Direktur pembinaan TK
dan SD Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Insruksional (PPSI). Zaman di kenal istilah “satuan
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Tujuan instruksional
khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan
evaluasi.
Kurikulum 1975 banyak di kritik. Guru di bikin sibuk
menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
6. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill
approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap
penting. Kurikulum ini juga sering di sebut “ kurikulum 1975 yang di
sempurnakan “. Posisi siswa ditepatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati
sesuatu, mengelompokan, mendiskusikan, ingga melaporkan. Model ini di sebut
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau student active leaming (SAL). Tokoh
penting di balik lairnya kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R.Semiawan,
Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1984 – 1994.
Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus
hasilnya di sekolah – sekolah yang di uji cobakan, mengalami banyak deviasi
saat di terapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu
menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran
siswa berdiskusi, sana – sini ada tempelan gambar, dan yang mnyolok guru tak
lagi mengajar modelo berceramah.
7. Kurikulum
1994
kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan
kurikulum-kurikulum sebelumnya. “ Jiwanya ingin mengombinasikan antara
kurikulum 1975 dan kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito
menjelaskan. Sayang, perpduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik
bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan
nasional hingga local. Materi muatan local disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing – masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain
– lain.berbagai kepentingan kelompok – kelompok masyarakat juga mendesakkan
agar isu – isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994
menjelma menjadi kurikulum super padat.
8.
Kurikulum 2004
Kurikulum 2004 baisa di sebut Kurikulum Berbasis
Kopetensi (KBK). Setiap pelajaran di urai berdasar kopetensi apakah yang harus
di capai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila di kaitkan dengan alat ukur
kopetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa
soal pilihan ganda. Bila target
kopetensi yang ingin di capai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau
soal uaraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kopetensi siswa.
Meski baru di uji cobakan, di sejumlah sekolah kota – kota di pulau Jawa, dan
kota besar di luar pulau Jawa telah
menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru – guru pun tidak benar – benar
paham apa sebenarnya kopetensi yang di ingingkan pembuat kurikulum.
9.
Kurikulum 2006
Kurikulum 2006 uji coba KBK di hentikan.
Muncullah kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pelajaran KTSP masoih
tersendat, tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi
pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan yang
paling menonjol adalah Guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan
pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah
berada. Hakl ini di sebabkan kerangka dasar (KD),standar kopetensi kelulusan
(SKL), standar kopetensi dan kopensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk
setiap satuan oendidikan telah di terapkan Departemen Pendidikan Nasional. Jadi
pengembangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian
merupakn kewenangan satuan pendidikan (sekolah)di bawah koordinasi dan
supervise pemerintah kabupaten/Kota.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum
adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara
pendidikan yang berisi rangcangan pembelajaran yang akan diberikan kepada
peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.
Macam-macam
kurikulum
1. Ditinjau dari konsep dan pelaksanaannya
a. kurikulum ideal
b. kurikulum tersembunyi
c. kurikulum actual
2. Berdasarkan struktur dan materi mata pelajaran
a. kurikulum terpisah-pisah
b. kurikulum terpadu
c. kurikulum ttoleransi
3. Berdasarkan pengembangan dan keguanaannya
a. kurikulum nasional
b. kurikulum Negara bagian
c. kurikulum sekolah
Perkembangan
kurikulum di Indonesia
1. Rencana pelajaran 1947
2. Rencana pembelajaran terurai 1952
3. Kurikulum 1968
4. Kurikulum 1975
5. Kurikulum 1984
6. Kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999
7. Kurikulum 2004 (KBK)
8. Kurikulum 2006 (KTSP)
B. Saran
Saran
yang dapat penyusun sampaikan adalah agar dalam proses belajar dan diskusi
terjadi interaktif antara pemateri dengan audiens dengan sebaik mungkin agar
apa yang didiskusikan bisa dipahami dengan baik serta bermanfaat bagi kita
semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar