Teknik Penulisan Karya Ilmiah - Pengembangan Kalimat Efektif
MAKALAH
Tehnik
Penulisan Karya Ilmiah
Pengembangan
Kalimat Efektif
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi
Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Tehnik Penulisan Karya Ilmiah Yang Dibimbing
Oleh Wahyu Widji Astuti S,Pd.
Disusun oleh ,
Kelompok III
KHUSILA ZULHADI
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SAMAWA (UNSA)
SUMBAWA
BESAR
2013
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayahnya, salawat serta salam kepada junjungan kami dan alam
beserta isinya, Nabi Besar Muhammad SAW dan keluarga beserta sahabat-sahabat
yang telah berjuang membawa kemuliaan kedunia yang terang dan penuh dengan
kemudahan seperti sekarang ini, sehingga kami dapat menyelsaikan kewajiban kami
sebagai mahasiswa/i yaitu tugas MK Tehnik Penulisan Karya Ilmiah dalam bentuk
makalah dengan judul “pengembangan kalimat efektif” Tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas MK Tehnik penulisan karya ilmiah
juga yaitu sebagai syarat penilaian tugas dan sekaligus menilai kemampuan
mahasiswa/i dalam menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai selama
mengikuti MK ini.
Isi dari pada makalah
ini adalah disusun dari berbagai referensi yang relevan seperti buku dan
internet.
Ucapan terima kasih tak
lupa kami sampaikan kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kita selama
mengikuti MK Tehnik penulisan karya ilmiah, membantu kami memecahan
kesulitan-kesulitan ketika belajar. Dan ucapan terima kasih kepada teman-teman
fisika A 5 yang telah membantu memberikan referensi yang sesuai.
Kami menyadari dalam
pembuatan makalah ini terdapat
kelebihan-kelebihan dan juga kekurangan – kekurangan baik dari segi sistematika
penulisan maupun isi dari pada makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari dosen dan juga teman-teman demi perbaikan
makalah – makalah yang selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Sekian dari kami
penyusun, kami ucapkan terima kasih.
Sumbawa
Besar, September 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bahasa
adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat
lain pemakai bahasa itu. Bahsa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan, atau
perasaan yang ada pada diri si pembicara. Agar apa yang diingikan dapat diterima
oleh pendengar hendaklah bahasa yang digunakan dapat mendukung maksud dan
perasaan pembicara secara jelas
Setiap gagasan, pikiran yang dimiliki seseorang pada praktiknya akan dituangkan
ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang benar haruslah memenuhi persyaratan
gramatikal. Artinya kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah-kadah yang
berlaku, seperti unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat (subjek
dan predikat); memerhatikan ejaan yang disempurnakan; serta diksi yang tepat
dalam kalimat. Kalimat yang mudah dipahami pembaca tau pendengar adalah kalimat
efektif. Kalimat efektif adalah kalmiat yabg baik karena apa yang dipikirkan
atau dirasakan oleh si pembicara dapat diterima dan dipahami oleh pendengar
sama benar dengan apa yang dipikirkan oleh si penutur (Badudu, 1995 dalam
Putrayasa, 2010).
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini yaitu:
1. Menjelaskan
jenis-jenis kalimat ?
2. Sebutkan
cirri-ciri dari kalimat biasa, kalimat parallel, kalimat periodic dan kalimat
efektif?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain:
1. Agar
mahasiswa/I mampu menjelaskan dan mengidentifikasi perbedaan jenis-jenis
kalimat.
2. Agar
mahasiswa/I mampu menyebutkan cirri-ciri dari kalimat biasa,kalimat parallel,
kalimat periodic dan kalimat efektif.
D.
Manfaat
Adapun mamfaat dari pembuatan
makalah ini adalah :
1. Secara
teoritis untuk mengembangkan pengetahuan mahasiswa tentang pengembangan jenis
kalimat.
2. Untuk
menambah wawasan mahasiswa dalam MK Tehnik Penulisan Karya Ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pilihan
kata
Untuk
menyusun kalimat efektif hendaknya dipilih kata yang tepat, ialah kata yang
memenuhi isoformisme, yaitu kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu
atau adanya kesamaan struktur kognitif. Isoformisme terjadi manakala
komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, dan
ideologi yang sama. Misalnya,
1) Keluarga Ida Gede seminggu yang lalu ngaben.
1) Keluarga Ida Gede seminggu yang lalu ngaben.
2)
Akan lebih syahdu lagi kalau yang pianismo diganti dengan adante.
Selain
isoformisme, juga perlu diperhatikan;
v Pemakaian
Kata Bersinonim dan Berhomofon
Kata
bersinonim terbagi menjadi dua,
1)
Sinonim mirip, yaitu sinonim yang tidak dapat saling menggantikan
Contoh:
• akbar =makro=besar=raya
• akbar =makro=besar=raya
•
Asas=dasar=pokok=prinsip
•
Buku=kitab
•
Salin=ganti=tukar=ubah
2)
Sinonim persis, yaitu sinonim yang dapat saling menggantikan
Contoh:
efektif = efisien
Contoh
dalam kalimat,
1)
jagung makanan asas bangsa ini.
Kata
asas tidak tepat, tetapi lebih tepat jika diganti dengan kata pokok. Di samping
itu juga terdapat kata semua, seluruh, segala, sekalian, dan segenap memiliki persamaan
dan perbedaan arti. Persamaan ini menyebabkan kata itu saling dipertukarkan,
sedangkan perbedaan arti menyebabkan kata itu tidak dapat saling dipertukarkan.Kata
semua ditekankan pada jumlah yang banyak, sedangkan pemakain kata seluruh
ditekankan pada satu benda ya utuh. Kata segala menyatakan semua macam
yang mengacu pada benda yang beraneka ragam. Kata sekalian menyatakan kesertaan
yang mengacu pada orang. Kata segenap menyatakan makna semua dalam pengertian
kelengkapan.
v Pemakaian
Kata Bermakna Denotasi dan Konotasi
Sebuah
kata yang mengandung makna konseptual atau makna dasar berfungsi denotatif.Dalam
mengarang hendaknya kita menggunakan makna denotasi agar terlepas dari tafsiran
yang menyimpang.
Makna
konotasi terbagi dua, yakni konotasi positif dan konotasi negatif.
meninggal,
wafat, gugur tewas, mati
v Pemakaian
Kata Umum dan Kata Khusus
kata
umum dan kata khusus
(a)
Melihat memandang, menonton, menengok, menatap, menentang,
menoleh, meninjau, menyaksikan
(b)
jatuh roboh, rebah, tumbang, rontok, longsor
(c)
buah apel, mangga, melon, pisang
(d)
bunga melati, kamboja, mawar
Pada (a &b) Kata umum mengandung arti kata
inti, sedangkan kata khusus yang bersinonim mengadung arti tambahan. Pada
(c&d) kata umum merupakan superordinatnya, sedngkan kata khusus yang
merupakan kelas bawah (hiponim)
v Pemakaian
Kata-Kata atau Istilah Asing
Pertimbangan
untuk menerima atau menolak unsur asing,
(1)
Perasaan cermat tidaknya bahasa sendiri dalam perbedaan nuansa makna;
biologi;biologis
(2) Perlu tidaknya kata yang bersinonim: similasi;pembauran
(2) Perlu tidaknya kata yang bersinonim: similasi;pembauran
(3)
Ada tidaknya pengakuan gengsi bahasa asing: kolaborasi; evaluasi
(4) Tinggi
rendahnya kemampuan serta kemahiran dalam bahasa sendiri, misalnya, dalam mana,
di mana, dan kepada siapa. Dalam memilih kata perlu memerhatikan norma yang
berlaku dalam masyarakat pemakai bahasa. Karangan yang ditujakan kepada
asyarakat umum berbeda dengan karangan yang akan ditujukan pada masyarakat
homogen, guru, perawat, atau para peternak.
v Pemakaian
Kata Abstrak dan Konkret
Kata abstrak adalah kata yang mempunyaireferen
berupa konsep, sedangkan kata konkret adalah kata yang mempunyai referen berupa
objek yang dapat diamati.Jika yang kita deskripsikan adalah suatu fakta, tentu
harus lebih banyak menggunakan kata konkret. Akan tetapi jika yang dikemukakan
ialah kalsifikasi, generalisasi maka yang banyak digunakan adalah kata-kata abstrak.
v Pemakian
Kata Populer dan Kajian
kata
populer kata kajian
batu
batuan
penduduk
populasi
besar
makro
banyak
tuntutan canggih
isi
volume
bisul
abses
bunyi
fonem.
v Pemakaian
Jargon, Kata, Percakapan, dan Slang
Kata jargon ialah kata-kata teknis yang
digunakan secara terbatas dalam bidang ilmu, profesi. Kata-kata ini kerap kali
merupakan kata sandi untuk kalangan tertentu (dokter, militer).Contoh:
Sikon (situasi dan kondisi), prokon (prokontra), kep (kapten), dok (dokter), prik (suntuk)Pada waktu-waktu tertentu, banyak terdengar slan, yaitu kata-kata yang baku yang dibentuk secara khas sebagai cetusan keinginan terhadap sesuatu yang baru. Kata-kata ini bersifat sementara: kalau sudah terasa usang, hilang atau menjadi kata-kata biasa (asoy, mana tahan, bahenol, selangit, kemana aja boleh).
Sikon (situasi dan kondisi), prokon (prokontra), kep (kapten), dok (dokter), prik (suntuk)Pada waktu-waktu tertentu, banyak terdengar slan, yaitu kata-kata yang baku yang dibentuk secara khas sebagai cetusan keinginan terhadap sesuatu yang baru. Kata-kata ini bersifat sementara: kalau sudah terasa usang, hilang atau menjadi kata-kata biasa (asoy, mana tahan, bahenol, selangit, kemana aja boleh).
v Bahasa
Prokem
Bahasa
prokem adalah bahasa sandi yang digemari dan dipakai di kalangan remaja
tertentu. Bahasa ini konon berasal dari kalangan preman.
Contoh:
bokap bapak
bokap bapak
cacing
petugas keamanan
dou
uang
ngelinting
Mengisap ganja
2.
Pengembangan
Kalimat Efektif
Kalimat dikatakan efektif jika memenuhi dua syarat utama,
yaitu (1) struktur kalimat efektif dan (2) ciri kalimat efektif. Struktur
kalimat efektif mencakup (a) kalimat umum, (b) kalimat paralel, dan (c) kalimat
periodik. Sementara itu, ciri kalimat efektif meliputi :
a. Kesatuan (unity)
b. Kehematan (economy)
c. Penekanan (emphasis); dan
d. Kevariasian (variety)
Uraian
selanjutnya dimulai dengan stuktur kalimat efektif sebagai berikut.
(a) Struktur Kalimat Umum
v Struktur Kalimat Umum
Unsur-unsur
yang mambnagun sebuah kalimat dapat dibedaskan menjadi dua, yaitu: unsur wajib
dan unsur tak wajib (unsur manasuka).Unsure wajid adalah unsur yang harus ada
dalam sebuah kalimat (yaitu S/subjek dan P/ Predikat), sedangkan unsure
takwajib atau unsure manasuka adalah unsur yang boleh ada dan boleh tidak ada
(yaitu kata kerja Bantu : harus, boleh, keterangan aspek: sudah, akan, keterangan
:tempat, waktu, cara dan sebagainya).
v Struktur Kalimat Paralel
Yang
dimaksud kesejajaran (paralelisme) dalam kalimat adalah penggunaan
bentuk-bentuk bahasa yang sama yang dipakai dalam susunan serial. Jika sebuah
ide dalam sebuah kalimat dinyatakan dengna frase (kelompok kata), maka ide-ide
yang sederajat harus dinyatakan dengan frase. Jika sebuah ide dalam suatu
kalimat dinyatakan dengan kata benda, maka ide lain yang sederajat harus dengan
kata benda juga. Demikian juga halnya bila sebuah ide dalam sebuah kalimat
dinyatakan dengan kata kerja, maka ide lainnya yang sederajat harus dinyatakan
dengan jenis kata yang sama.
v Struktur
Kalimat Periodik
Struktur ini lebih mengemukakan
unsur-unsur tambahan baru kemuadian unsur intinya. Hal ini dilakukan untuk
menarik perhatian pembaca. Contoh:
Oleh mahasiswa kemarin jenazah yang
busuk itu dikuburkan (O-K-S-P)
Tanggal 22 Desember 2011 Hari Ibu
dirayakan oleh Dharma Wanita Undiksha. (K-S-P-O)
3.
Jenis-jenis
Kalimat
Adapun
jenis kalimat tersebut meliputi:
A.
Kalimat
Biasa
kalimat
tanya adalah kalimat yang mengandung suatu permintaan agar kita diberi sesuatu hal.
Ciri-ciri
kalimat tanya:
v . Intonasi tanya.
contoh> ayahnya terlibat perampokan?
contoh> ayahnya terlibat perampokan?
v Menggunakan kata tanya, seperti: apa, siapa,
dimana, kapan, mengapa, bagaimana, dsb.
contoh> apa yang terjadi disini?.
contoh> apa yang terjadi disini?.
v Menggunakan partikel-kah.
contoh> maukah kamu mengantarku ke sekolah?
jenis kalimat tanya:
contoh> maukah kamu mengantarku ke sekolah?
jenis kalimat tanya:
v . Kalimat tanya biasa,
digunakan untUK menggali informasi.
contoh: apa yang menjadikan anda senang menulis?
digunakan untUK menggali informasi.
contoh: apa yang menjadikan anda senang menulis?
v . Kalimat tanya retoris, kalimat
yang tidak memerlukan jawaban.
contoh: apakah kita tega membiarkan mereka kelaparan.
contoh: apakah kita tega membiarkan mereka kelaparan.
v Kalimat tanya klarifikasi/konfirmasi, untuk
memperjelas persoalan.
contoh: apa benar kamu akan menikah?
contoh: apa benar kamu akan menikah?
v . Kalimat tanya tersamar, mengacu
pada berbagai macam maksud.,
Kalimat Berita ialah
kalimat yang isinya memberitahukan suatu peristiwa atau kejadian. wujud
tanggapan, biasanya berupa isyarat bahwa pendengar mengikuti pembicara.
Ciri umum kalimat berita adalah intonasi nadanya netral (biasa). Contohnya:
Kami belajar dan bekerja demi masa depan yang lebih baik.
Macam Ragam Kalimat
Berita
1. Kalimat berita menyungguhkan
Ciri: Ditunjang oleh kata tugas: ya, betul, sungguh, nyata, tak boleh tidak, sudah tentu, dsb.
Contoh: Memang betul, ia yang bersalah.
2. Kalimat ingkar
Ciri: Ditunjang oleh kata tugas: tidak, sungguh tidak, bukan, sedikitpun tidak, dsb.
Contoh: Sungguh, saya tidak mengambil uang itu.
Tidak sekali-kali, saya melawan orang tua.
3. Kalimat berita memungkinkan
Kalimat ini menyatakan berita yang belum/tidak pasti, menunjukkan tanggapan kemungkinan yang belum bisa dipastikan kebenarannya.
Ciri: Ditunjang oleh kata tugas: agaknya, rupanya, rasanya, barangkali, mungkin, dsb.
Contoh: Awan hitam menebal, mungkin akan turun hujan lebat.
4. Kalimat langsung
ialah kalimat berita yang memuat peristiwa/kejadian dari sumber lain dengan langsung menirukan, mengutip, atau mengulang kembali ujaran dari sumber tsb.
Ciri: - bertanda petik dalam bahasa tulis,
- intonasi bagian kutipan bernada lebih tinggi dari bagian lainnya.
- Berkemungkinan susunan:
a. pengiring-kutipan
b. kutipan-pengiring
c. kutipan-pengiring-kutipan
- Bunyi pertama awal kutipan dimulai dengan huruf besar pada susunan cara ke-1, ke- 2, dan kutipan pertama cara ke-3.
Contoh:
1. Ayah menyuruh, "Antarkan surat ini ke kantor Bapak!" (pengiring-kutipan)
2. "Ayo, masuk satu satu!" gertak polisi pada tiga orang pencopet yang baru saja tertangkap. (kutipan-pengiring)
3. "Kak, kau dipanggil ibu!" kata Heni, "disuruh makan." (kutipan-pengiring-kutipan)
5. Kalimat tidak langsung adalah ragam kalimat berita yang memuat peristiwa/kejadian dari sumber lain yang diubah susunannya oleh penutur, tidak menirukan atau mengucapkan lagi langsung dari sumber lain tersebut.
Ciri: - Tidak bertanda petik.
- Intonasi mendatar/menurun pada akhir kalimat.
- Pelaku yang dinyatakan pada isi kalimat langsung mengalami perubahan, yakni:
#kata ganti orang ke-1 menjadi orang ke-3
#kata ganti orang ke-2 menjadi orang ke-1
#kata ganti orang ke-2 jamak/"kita" menjadi "kami" atau "mereka"
- Berkata tugas: bahwa, agar, sebab, untuk, supaya, tentang, dsb.
Contoh:
1. Ayah menyuruhku untuk mengantarkan surat ini ke kantornya.
2. Polisi menggertak tiga orang pencopet yang baru saja tertangkap agar mereka masuk satu per satu.
3. Heni berkata kepada kakaknya bahwa ia dipanggil ibu untuk makan.
Ada beberapa cara mengubah kalimat langsung jadi kalimat tak langsung.
Ayah bertanya, "Pelajaranmu kauabaikan?"
Diubah menjadi:
Ayah bertanya, kalau-kalau pelajaranku kuabaikan.
Ayah bertanya, apakah pelajaranku kuabaikan.
Ayah menanyakan kalau-kalau saya mengabaikan pelajaran saya.
Ayah menanyakan apakah saya mengabaikan pelajaran saya.
1. Kalimat berita menyungguhkan
Ciri: Ditunjang oleh kata tugas: ya, betul, sungguh, nyata, tak boleh tidak, sudah tentu, dsb.
Contoh: Memang betul, ia yang bersalah.
2. Kalimat ingkar
Ciri: Ditunjang oleh kata tugas: tidak, sungguh tidak, bukan, sedikitpun tidak, dsb.
Contoh: Sungguh, saya tidak mengambil uang itu.
Tidak sekali-kali, saya melawan orang tua.
3. Kalimat berita memungkinkan
Kalimat ini menyatakan berita yang belum/tidak pasti, menunjukkan tanggapan kemungkinan yang belum bisa dipastikan kebenarannya.
Ciri: Ditunjang oleh kata tugas: agaknya, rupanya, rasanya, barangkali, mungkin, dsb.
Contoh: Awan hitam menebal, mungkin akan turun hujan lebat.
4. Kalimat langsung
ialah kalimat berita yang memuat peristiwa/kejadian dari sumber lain dengan langsung menirukan, mengutip, atau mengulang kembali ujaran dari sumber tsb.
Ciri: - bertanda petik dalam bahasa tulis,
- intonasi bagian kutipan bernada lebih tinggi dari bagian lainnya.
- Berkemungkinan susunan:
a. pengiring-kutipan
b. kutipan-pengiring
c. kutipan-pengiring-kutipan
- Bunyi pertama awal kutipan dimulai dengan huruf besar pada susunan cara ke-1, ke- 2, dan kutipan pertama cara ke-3.
Contoh:
1. Ayah menyuruh, "Antarkan surat ini ke kantor Bapak!" (pengiring-kutipan)
2. "Ayo, masuk satu satu!" gertak polisi pada tiga orang pencopet yang baru saja tertangkap. (kutipan-pengiring)
3. "Kak, kau dipanggil ibu!" kata Heni, "disuruh makan." (kutipan-pengiring-kutipan)
5. Kalimat tidak langsung adalah ragam kalimat berita yang memuat peristiwa/kejadian dari sumber lain yang diubah susunannya oleh penutur, tidak menirukan atau mengucapkan lagi langsung dari sumber lain tersebut.
Ciri: - Tidak bertanda petik.
- Intonasi mendatar/menurun pada akhir kalimat.
- Pelaku yang dinyatakan pada isi kalimat langsung mengalami perubahan, yakni:
#kata ganti orang ke-1 menjadi orang ke-3
#kata ganti orang ke-2 menjadi orang ke-1
#kata ganti orang ke-2 jamak/"kita" menjadi "kami" atau "mereka"
- Berkata tugas: bahwa, agar, sebab, untuk, supaya, tentang, dsb.
Contoh:
1. Ayah menyuruhku untuk mengantarkan surat ini ke kantornya.
2. Polisi menggertak tiga orang pencopet yang baru saja tertangkap agar mereka masuk satu per satu.
3. Heni berkata kepada kakaknya bahwa ia dipanggil ibu untuk makan.
Ada beberapa cara mengubah kalimat langsung jadi kalimat tak langsung.
Ayah bertanya, "Pelajaranmu kauabaikan?"
Diubah menjadi:
Ayah bertanya, kalau-kalau pelajaranku kuabaikan.
Ayah bertanya, apakah pelajaranku kuabaikan.
Ayah menanyakan kalau-kalau saya mengabaikan pelajaran saya.
Ayah menanyakan apakah saya mengabaikan pelajaran saya.
. Kalimat pengandaian
berisikan pernyataan
hasrat atau angan-angan masa depan yang mungkin bisa tercapai/tidak, atau
menunjukkan peristiwa masa lampau yang tak mungkin terulang lagi.
Ciri: intonasi kalimat berita, menggunakan kata tugas: jika, kalau, andai, andaikan, andaikata.
Contoh: Andaikan aku menjadi pelaut, akan kutindak tegas penyelundupan barang ilegal.
Kalimat perlawanan/beralah
ialah kalimat yang berisi pernyataan yang bagiannya dipertentangkan dengan bagian lain.
Ciri: Intonasi kalimat berita, menggunakan kata tugas: meskipun, walaupun, sekalipun, dsb.
Contoh:
-Walaupun Rudi mendapat nilai buruk, namun ia tidak patah semangat. (apabila kata hubung pertentangan diletakkan di awal kalimat, maka digunakan tanda koma untuk memisahkan kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya)
-Rudi tidak patah semangat walaupun ia mendapat nilai buruk. (apabila kata hubung pertentangan diletakkan di tengah kalimat, maka tidak perlu digunakan tanda koma untuk memisahkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya)
Ciri: intonasi kalimat berita, menggunakan kata tugas: jika, kalau, andai, andaikan, andaikata.
Contoh: Andaikan aku menjadi pelaut, akan kutindak tegas penyelundupan barang ilegal.
Kalimat perlawanan/beralah
ialah kalimat yang berisi pernyataan yang bagiannya dipertentangkan dengan bagian lain.
Ciri: Intonasi kalimat berita, menggunakan kata tugas: meskipun, walaupun, sekalipun, dsb.
Contoh:
-Walaupun Rudi mendapat nilai buruk, namun ia tidak patah semangat. (apabila kata hubung pertentangan diletakkan di awal kalimat, maka digunakan tanda koma untuk memisahkan kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya)
-Rudi tidak patah semangat walaupun ia mendapat nilai buruk. (apabila kata hubung pertentangan diletakkan di tengah kalimat, maka tidak perlu digunakan tanda koma untuk memisahkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya)
B.
Kalimat
Paralel
Keparalelan atau kesejajaran adalah
kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika
pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat
pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus
menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Yang dimaksud kesejajaran
(paralelisme) dalam kalimat adalah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama
yang dipakai dalam susunan serial. Jika sebuah ide dalam sebuah kalimat
dinyatakan dengana frase (kelompok kata), maka ide-ide yang sederajat harus
dinyatakan dengan frase. Jika sebuah ide dalam suatu kalimat dinyatakan dengan
kata benda, maka ide lain yang sederajat harus dengan kata benda juga. Demikian
juga halnya bila sebuah ide dalam sebuah kalimat dinyatakan dengan kata kerja,
maka ide lainnya yang sederajat harus dinyatakan dengan jenis kata yang sama.
Adapun struktur kalimat parallel antara lain:
a.
Kesejajaran
Bentuk
Imbuhan digunakan untuk membantuk kata berperan dalam
menentukan kesejajaran. Berikut ini contoh yang memperlihatkan ketidak sejajaran
bentuk. Kegiatannya meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan
mengatur peminjaman buku. Ketidaksejajaran itu ada pada kata pembelian
(buku) yang disejajarkan dengan kata membuat (katalog) dan mengatur (peminjaman
buku). Agar sejajar, ketiga satuan itu dapat dijadikan nomina semua, seperti
terlihat pada kalimat berikut.
v Kegiatannya meliputi pembelian buku,
pembuatan catalog, dan pengaturan peminjaman buku.(1b) Kegiatannya ialah
membeli buku, membuat catalog, dan mengatur peminjaman buku.
b.
Kesejajaran
Makna
Lihatlah kalimat-kalimat berikut.
v Dia berpukul-pukul
Kata berpukul-pukul bermakana ‘saling pukul’. Hal itu
berarti pelakunya harus lebiuh dari satu. Karena kata dia bermakba tunggal,
subjek kalimat (1) itu perlu diubah, misalnya menjadi mereka, atau kalimat itu
perlu ditambahkan kterangan komitatif (penyerta) dengan temannya,
misalnya.Kalimat berikut tidak memliki kesejajaran makna predikat dan objek.
v Adik memetiki setangkai bunga
Kata memetiki mempunyai makna ‘berulang-ulang’ yang tentunya
tidak dapat diterapkan pada setangkai bunga. Perbaikannya dapat dilakukan
dengan mengubah predikat menjadi memetik atau menghilangkan satuan setangkai
pada objek. Tentu saja, perbaikan itu bergantung pada informasi yang akan
disampaikan
c.
Kesejajaran
dalam Perincian Pilihan
Kadang-kadang soal ujian dibuat dalam bentuk pilihan ganda.
Soal yang baik harus memuat perincian pilihan yang sejajar sehingga memberi
peluang yang sama untuk dipilih. Berikt ini contoh perincian pilihan yang tidak
sejajar.
C.
Kalimat
Periodik
Jika pada kalimat umum, unsur-unsur yang dikemukakan
cenderung unsur intinya, tetapi kalau pada kalimat periodik sebaliknya, yaitu
unsur-unsur tambahan yang terlebih dahulu dikemukakan kemudian muncul bagian
intinya. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian para pembaca atau pembicara
terhadap pendengarnya. Misalnya :
v Oleh mahasiswa kemarin jenazah yang
busuk itu dikuburkan (O – K – S - P )
v Oleh awan panas yang tersembur dari kepundan,
dengan bantuan angin yang berkecepatan tinggi, hutan lindung di lereng bukit
itu terbakar habis (O – K – S – P )
v Kemarin rombongan mahasiswa PKL dari Unesa
disambut oleh mahasiswa jurusan PBSID Undiksha (K – S – P – O)
D. Kalimat
Efektif
Kalimat efektif
adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat
diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud
penulis/pembicara.
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar. Ciri-ciri kalimat efektif: (memiliki)
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar. Ciri-ciri kalimat efektif: (memiliki)
1.
Kesatuan gagasan
Memiliki
subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta
membentuk kesaruan tunggal. Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang
dapat membantu keselamatan umum. Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena
tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan
keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan
frase depan di dalam (ini harus dihilangkan)
2.
Kesejajaran
Memiliki
kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja
berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. Kalimat tersebut
tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan
predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat
pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
3.
Kehematan
Kalimat efektif
tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih.
Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya. Pemakaian kata
bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan
melati terkandung makna bunga. Kalimat yang benar adalah: Mawar,anyelir, dan
melati sangat disukainya.
4.
Penekanan
Kalimat yang
dipentingkan harus diberi penekanan. Caranya:
• Mengubah
posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan
kalimat. Contoh :
v Harapan
kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
v Pada
kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah,
-pun, dan –kah. Contoh :
v Saudaralah
yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
v Kami pun turut dalam kegiatan itu.
v Bisakah dia menyelesaikannya?
• Menggunakan repetisi, yakni
dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
Contoh :Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
• Menggunakan pertentangan, yakni
menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian
kalimat yang ingin ditegaskan. Contoh :
v Anak
itu tidak malas, tetapi rajin.
v Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya
parsial, tetapi total dan menyeluruh.
5. Kelogisan
Kalimat efektif
harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus
memiliki hubungan yang logis/masuk akal. Contoh : Waktu dan tempat saya
persilakan. Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat
adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah
misalnya ; Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium. Syarat-Syarat dalam Kalimat Efektif :
1. Koherensi
koherensi
kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur
(kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu. Kesalahan yang seringkali
juga merusakkan koherensi adalah penempatan kata depan, kata penghubung yang
tidak sesuai atau tidak pada tempatnya, penempatan keterangan aspek yang tidak
sesuai. Dalam kesatuan pikiran lebih ditekankan lagi struktur, atau interelasi
antara kata-kata yangmenduduki sebuh tugas dalam kalimat. Oleh karena itu
sebuah kalimat dapat mengandung sebuah kesatuan pikiran, namun koherensinya
tidak baik. Contoh Kalimat Koherensi tidak baik :
- Baik : Adik saya yang paling
kecil memukul anjing dikebuh kemarin pagi, dengan sekuat tenaganya.
- Tidak Baik : Adik saya yang
paling kecil memukul dengan sekuat tenaganya kemarin pagi di kebun anjing.
2. Kesatuan
Sebagaimana
telah dipaparkan di depan, bahwa tiap paragraf hanya mengandung satu
gagasan pokok. Fungsi paragraf adalah untuk mengembangkan gagasan pokok
tersebut. Untuk itu, di dalam pengembangannya, uraian-uraian dalam sebuah
paragraf tidak boleh menyimpang dari gagasan pokok tersebut. Dengan kata
lain, uraian-uraian dalam sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok
dan merupakan satu kesatuan. Semua kalimat yang terdapat dalam sebuah
paragraf harus terfokus pada gagasan pokok.
3. Kehematan
Kehematan dalam
kalimat efektif merupakan pembatasan dalam pemakaian kata, frasa, atau
bentuk-bentuk bahasa. Kehematan ini menyangkut soal gramatikal dan soal
semantik. Kehematan tidak bahwa kata yang perlu atau yang menambah nilai-nilai
artistik boleh dihilangkan.
4. Keparalellan
Paralelisme
dalam komposisi ialah bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi bahasa
yang sama dalam susunan serial. Pikiran dan gagasan yang sama biasanya
dinyatakan dalam bentuk-bentuk bahasa dalam kalimat sehingga pikiran-pikiran
yang lain dan sama harus dinyatakan dalam bentuk yang sama.
5. Penekanan
gagasan pokok
atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biasanya dilakukan dengan
memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada bagian kalimat tadi.
Dalam penulisan ada berbagai cara untuk memberikan penekanan.
1. Posisi dalam
Kalimat
Untuk
memberikan penekanan dalam kalimat, biasanya dengan menempatkan bagian itu
didepan kalimat. Pengutamaan bagian kalimat selain dapat mengubah urutan kata
juga dapat mengubah bentuk kata dalam kalimat.
2. Urutan yang
Logis
Sebuah kalimat
biasanya memberikan sebuah kejadian atau peristiwa. Kejadian yang berurutan. hendaknya
diperhatikan agar urutannya tergambar dengan logis. Urutan yang logis dapat
disusun secarakronologis, dengan penataan urutan yang makin lama makin penting
atau dengan menggambarkan suatu proses.
3. Pengulangan
Kata
Pengulangan
kata dimaksudkan memberi penegasan pada bagian ujaran yang dianggap penting
agar kalimat menjadi jelas.
6. Kevariasian
Kelincahan pun
tergambar dalam strukturnkalimat yang dipaka, misalnya penggunaan kalimat yang
pendek dan kalimat yang panjang. Untuk menghindari kebosanan dan
keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat yang
dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat yang
pendek dan panjang
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kalimat
adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu
pengertian dan pola intonasi akhir. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan
membentuk kalimat yang mengandung arti. Meliputi : pilihan kata, pengembangan
kalimat efektif, jenis-jenis kalimat dan beberapa stuktur kalimat.
Pilihan
kata, ialah kata yang memenuhi isoformisme, yaitu kesamaan makna karena
kesamaan pengalaman masa lalu atau adanya kesamaan struktur kognitif.
Isoformisme terjadi manakala komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama,
status sosial yang sama, dan ideologi yang sama.
Kalimat dikatakan efektif jika
memenuhi dua syarat utama, yaitu (1) struktur kalimat efektif dan (2) ciri
kalimat efektif. Struktur kalimat efektif mencakup (a) kalimat umum, (b)
kalimat paralel, dan (c) kalimat periodic.
kalimat tanya adalah kalimat yang
mengandung suatu permintaan agar kita diberi sesuatu hal.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau
penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di
maksud penulis/pembicara.
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis
B.
Saran
Mungkin penyusunan makalah kelompok kami masih jauh dari
kesempurnaan, jadi saya harapkan kepada mahasiswa dan masyarakat lainnya agar
dapat mengkritik atau memberikan saran guna untuk penyempurnaan makalah kami
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
.
.
Komentar
Posting Komentar