Teknik Penulisan Karya Ilmiah - Upaya Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Melalui Pembelajaran Model Anomali
MAKALAH
UPAYA
MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL
ANOMALI
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi
Tugas Individu Pada Mata Kuliah Tehnik Penulisan Karya Ilmiah Yang Dibimbing
Oleh Wahyu Widji Astuti S,Pd.
Disusun oleh
KHUSILA ZULHADI
(11.01.03.0496)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SAMAWA (UNSA)
SUMBAWA
BESAR
2013
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayahnya, salawat serta salam kepada junjungan kami dan alam
beserta isinya, Nabi Besar Muhammad SAW dan keluarga beserta sahabat-sahabat
yang telah berjuang membawa kemuliaan kedunia yang terang dan penuh dengan
kemudahan seperti sekarang ini, sehingga saya dapat menyelsaikan kewajiban saya
sebagai mahasiswa/i yaitu tugas MK Tehnik Penulisan Karya Ilmiah dalam bentuk
makalah dengan judul “Upaya Meningkatkan Minat dan Prestasi Belajar Fisika
Melalui Pembelajaran Model Anomali” Tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah selain untuk memenuhi tugas MK Tehnik penulisan karya ilmiah juga yaitu
sebagai syarat penilaian tugas dan sekaligus menilai kemampuan mahasiswa/i dalam
menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai selama mengikuti MK ini.
Isi dari pada makalah
ini adalah disusun dari berbagai referensi yang relevan seperti buku dan
internet.
Ucapan terima kasih tak
lupa saya sampaikan kepada dosen pembimbing yang telah membimbing saya selama
mengikuti MK Tehnik penulisan karya ilmiah, membantu saya memecahan
kesulitan-kesulitan ketika belajar. Dan ucapan terima kasih kepada teman-teman
fisika A 5 yang telah membantu memberikan referensi yang sesuai.
Saya menyadari dalam
pembuatan makalah ini terdapat
kelebihan-kelebihan dan juga kekurangan – kekurangan baik dari segi sistematika
penulisan maupun isi dari pada makalah ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari
dosen dan juga teman-teman demi perbaikan makalah – makalah yang selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Sekian dari saya
penyusun, saya ucapkan terima kasih.
Sumbawa
Besar, Januari 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL………………………………………………………….
KATA
PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR
ISI..................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar
belakang……………………………………………..…..…...1
1.2 Rumusan masalah..……………………………………………..…..2
1.3 Tujuan……………..………………………………………….….....2
BAB
II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
2.1 Pembelajaran Konstruktifitas……………………………………... 3
2.2 Pembelajaran
Anomali………………………………...................... 4
2.3 Minat
Belajar.................................................................................... 5
2.4 Prestasi
Belajar.................................................................................. 7
BAB
III PENUTUP......................................................................................... .9
3.1 Kesimpulan……………………………………………..……..……9
3.2 Saran…………………………………………………..…………....9
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................... 10
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak pembangunan jangka panjang tahap II (PJPT II)
yang tercermin dalam GBHN tahun 1983, bahwa sains termasuk di dalamnya fisika
merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan sejak pendidikan
dasar. Hal ini disebabkan sains termasuk didalamnya fisika merupakan fondasi
teknologi. Walaupun demikian sayang sekali kenyataannya menunjukkan minat siswa
terhadap pelajaran sains (terutama fisika) sangat rendah. Kemajuan IPTEK yang
amat pesat dalam dasa warsa terakhir ini sangat mempengaruhi perkembangan
pembelajaran sains (terutama fisika). Pembelajaran fisika di SMA Negeri 11 Sumbawa
memiliki kecenderungan menjadi suatu pembelajaran yang terkesan kaku, sunyi,
senyap, hening dan selalu tersistem dengan skenario yang sudah diciptakan oleh
gurudalam proses pembelajarannya, meskipun itu tidak sesuai dengan kondisi
siswa. Selain itu, hasil belajar juga kurang maksimal yakni lebih dari 60%
nilai siswa ≤ 65 (KKM
pelajaran fisika di SMA N 11 Sumbawa) Untuk menghasilkan
pembelajaran fisika yang bermakna maka harus memahami bagaimana pembelajaran
fisika dapat berpusat pada siswa, berangkat dari ketertarikan dan minat siswa. Pembelajaran
yang berpusat pada siswa diharapkan dapat memacu siswa untuk lebih
mengoptimalkan kemampuan diri, mengeksplorasi segala kelebihan, namun demikian
pengoptimalan inipun tetap menghormati hak-hak anak yang sesuai dengan konvensi
hal anak. Seperti yang kita ketahui bahwa kelas X merupakan kelas peralihan
dari jenjang menengah pertama SMP ke jenjang menengah atas SMA. Jenjang
peralihan ini rentan sekali terjadi goncangan dan ketidakstabilan dengan adanya
pembebanan tanggung jawab yang semakin bertambah.
Hal ini disebabkan karena adanya
pembelajaran yang monoton dan cenderung satu arah. Hal ini juga didukung dengan
adanya indikator bahwa guru adalah sebagai penguasa dalam kelas sehingga kelas
terkesan kaku dan kurang atraktif karena dalam pembelajarannya guru hanya
terfokus pada materi tanpa menjadikannya bermakna bagi siswa.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
bagaimana upaya meningkatkan minat belajar fisika pada siswa melalui
pembelajaran fisika?
1.3 Tujuan
1.3.1 dapat mengetahui
bagaimana upaya meningkatkan minat belajar pada siswa melalui pembelajaran
fisika
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pembelajaran Konstruktifitas
Filsafat konstruktivisme adalah filsafat yang
mempelajari hakekat pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi. Menurut
filsafat konstruktivisme,
pengetahuan itu adalah bentukan
(konstruksi) kita sendiri yang menekuninya. Bila yang sedang menekuni ini
adalah siswa, maka pengetahuan itu adalah maka bentukan siswa itu sendiri. Maka
pengetahuan itu bukanlah sesuatu yang sudah jadi, yang ada di luar kita tetapi
sesuatu yang kita bentuk sendiri dalam pikiran kita. Jadi pengetahuan menurut Bettencourt
merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif melalui kegiatan berpikir
seseorang.
Untuk dapat mengetahui sesuatu, siswa
haruslah aktif mengelola bahan, merencana,
memikirkan,
menganalisis dan akhirnya yang terpenting merangkumkannya sebagai suatu
pengertian yang utuh,tanpa keaktifan siswa dalam membangun pengetahuan mereka
sendiri,mereka tidak akan mengerti apa-apa.pengetahuan bukanlah suatu barang
yang dapat di pindahkan begitu saja dari guru ke siswa.
Pengetahuan yang sudah di miliki
oleh guru fisika dapat begitu saja di pindahkan atau di tuangkan ke otak siswa.
Pengetahuan hanya dapat di tawarkan ke siswa untuk dikonstruksi sendiri secara
aktif oleh siswa itu sendiri. Banyaknya siswa yang salah menangkap dan mengerti
dari apa yang di ajarkan oleh gurunya menunjukkan bahwa penetahuan itu harus
dikonstruksi sendiri oleh siswa dan tidak begitu saja dapat dipindahkan.
Bagi kaum konstruktivitas adalah
proses yang aktif dimana siswa membangun diri sendiri pengetahuannya. Siswa
mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari. Dalam konsep itu siswa
menyesuaikan konsep dan ide-ide baru yang mereka pelajari dengan kerangka
berfikir yang mereka telah miliki. Siswa sendirilah yang bertanggung jawab
terhadap hasil belajarnya. Mereka sendiri yang membuat penalaran dengan apa
yang di pelajarinya dan menyelesaikan ketengan dan konflik antara apa yang
telah mereka ketahui dengan apa yang mereka perlukan dalam pengalaman baru.
Sangat jelas bahwa tanpa keaktifan kognitif yang sungguh-sungguh, siswa tidak
akan berhasil dalam proses belajar mereka.
2.2 Pembelajaran Anomali
Anomali
berasal dari bahasa latin yaitu pengecualian. Berarti suatu gejalah atau suatu
kejadian yang berlainan dengan yang biasanya dimengerti dan dipikirkan oleh
orang lain. Minsalnya orang negro itu berkulit hitam kalau ada orang negro
berwarna putih dianggap kekecualian. Model Anomali ini sangat baik untuk
membantu siswa mengadakan perubahan konsep dan juga memperbaiki konsep fisika
mereka yang kurang tepat atau bahkan tidak benar. Oleh karena itu, kenyataan
yang terjadi itu sungguh-sungguh terjadi, maka salah satu yang kemungkinan
mudah adalah siswa mengubah gagasannya atau memperbaiki gagasan. Model Anomali
ini sangat efisien untuk membantu siswa yang salah konsep (miskonsepsi). Dalam
pengalaman siswa yang salah konsep seringkali sangat sulit dibetulkan karena
banyak guru hanya menjelaskan teori sedangkan menghadapkan siswa pada
pengalaman yang sungguh berbeda dimana gagasan mereka tidak lagi mungkin
dipertahankan maka siswa akan mengubah gagasannya yang tidak tepat.
Dalam pengertian Piaget, menghadapi pristiwa
Anomali siswa akan mengalami disekuilibrium
atau ketidakseimbangan pikiran atau pikiran mereka mengalami konflik.
Langka pembelajaran Anomali dilakukan supaya pembelajaran dapat membantu siswa
mengembangkan gagasan dan pengertian bagi mereka. Langka-langkanya sebagai
berikut:
a) Persoalan
yang sering menimbulkan gagasan yang tidak benar atau miskonsepsi dalam fisika
diungkapkan oleh guru. Siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang
persoalan itu.
b) Setelah
itu akan timbul berbagai macam gagasan dan dari itulah dibuat forum diskusi
yang terdiri dari beberapa kelompok.
c) Pristiwa
atau kejadian Anomali yang bertentangan dengan gagasan meraka, praktekkan
secara langsung dalam tiap kelompok.
d) Siswa
diminta mengamati, meneliti kejadian itu dalam-dalam.
e) Siswa
dapat diberi pertanyaan “apakah gejalah itu salah? Apakah benar?
f) Siswa
diminta untuk mengungkapkan lagi tentang pertanyaan awal apakah berubah atau
tetap sama. Dari permasalahan ini didiskusikan secara kelompok.
g) Siswa
dibantu oleh guru mencoba menyimpulkan gagasan atau konsep yang baru
berdasarkan pristiwa Anomali tersebut.
Menurut Posner (1982) dalam paul Suparno, salah satu
penyebab terbesar ketidakpuasan terhadap konsep lama adalah adanya pristiwa
Anomali. Suatu pristiwa yang bertentangan dengan yang dipikirkan siswa atau
suatu pristiwa dimana siswa tidak dapat mengasimilasikan pengetahuannya untuk
memahami fenomena baru. Pristiwa-pristiwa seperti itu akan menantang siswa
untuk lebih berpikir dan mempersoalkan mengapa pemikiran awal mereka tidak
benar. Banyak pendidik sains menggunakan Anomali untuk memacu perubahan konsep
pada anak. Mereka menyediakan data-data dan percobaan yang memberikan data
berbeda dengan keyakinan anak atau prediksi anak. Data Anomali juga ternyata
berperan besar dalam sejarah sains. Model pembelajaran Anomali adalah suatu
model pembelajaran yang memiliki tahapan pembelajaran Anomali dilandasi dengan
pandangan konstruktivisme dan pembelajaran berpusat pada siswa. Model
pembelajaran Anomali terdiri dari sederatan tahapan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan siswa dalam mempelajari konsep-konsep fisika. Pembelajaran model
Anomali terdiri dari tahapan-tahapan yaitu:
1)
Tahap orientasi (Orientation)
Guru memusatkan perhatian siswa dengan menanyakan
tentang fenomena fenomena yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yang
kaitannya dengan konsep yang akan dipelajari. Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk menghadapkan situasi konflik pemikiran siswa terhadap gejalah Anomali
yang baru dimunculkan oleh guru.
2)
Tahap pemunculan gagasan (Elicitation of ideas)
Pada tahap ini siswa dihadapkan pada permasalahan
yang mengandung teka-teki dari situasi Anomali (konflik), kemudian siswa diminta
untuk melakukan pengamatan melalui percobaan sederhana.
3)
Tahap penyusunan ulang gagasan (Restruturing of ideas)
Dengan
tiga langkah yaitu:
a) Tahap
penggungkapan dan pertukaran gagasan (Clarification
and exchange)
b) Tahap
pembukaan situasi konflik (Exposure to
conflict situation)
c) Tahap
konstruksi gagasan baru dan evaluasi (concruction
of new ideas and evaluation)
2.3 Minat Belajar
Minat
adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas tanpa adan yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaam akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat
atau semakin dekat hubungan tersebut semakin besar minat.
Suatu minat dapat diekpresikan
melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal
daripada hal lainnya dapat pula di manisfestasikan melalui partisipasi dalam
suatu aktivitas. Siswa memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.
Minat tidak dibawa sejak lahir,
melainkan diperoeh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi
belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat
terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya.
Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal
tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang
mempelajarinya.
Menembangkan minat terhadap sesuatu
pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi
yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu.
Proses ini menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu
mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat
untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting dan bila siswa melihat bahwa
hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya.
Kemungkinan besar ia akan berminat dan bermotovasi untuk mempelajarinya. Minat
atau keinginan adalah kecenderungan dari hati yang tinggi dalam merancang
program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan ranah efektif.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognetif dan psikomotorik dipengaruhi oleh
kondisi efektif peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif
terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu,
sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal.
Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri.
Semakin kuat hubungan tersebu semakin besar minatnya.
Crow mengatakan bahwa
minat berhubungan denagn gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi
atau berurusan dengan orang,benda,kegiatan,pengalaman yang diransang oleh
kegiatan itu sendiri. Minat yang telah disadari oleh siswa terhadap bidang
pelajaran mungkin sekali akan menjaga pikirannya, sehingga ia bisa menguasai
pelajarannya. Pada gilirannya, prestasi yang berhasil akan menambahkan minatnya
yang bisa berlanjut sepanjang hayat.
Minat juga diartikan sebagai perasaan ingin tahu,
mempelajari, mengagumi atau memiliki sesuatu. Di samping itu minat merupakan
adalah bagian dari ranah efektif, mulai dari kesadaran sampai pilihan nilai.
Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat hubungan maka semakin besar
mintanya. Syarat-syarat timbulnya minat yaitu:
a) Pelajaran
akan menarik bagi siswa jika terlihat adanya hubungan pelajaran dengan
kehidupan nyata.
b) Pengajaran
yang baik harus memperhatikan minat pribadi siswa.
c) Pelajaran
akan menarik bagi siswa jika mereka diberi kesempatan mengambil sendiri.
Pelajaran yang dapat meransang timbulnya minat dan
perhatian siswa harus memberi kesempatan bagi peran serta siswa bahkan rasa
keterlibatan siswa. Minat merupaka sesuatu yang tidak di miliki oleh seseorang begitu
saja melainkan merupakan sesuatu yang harus di kembangkan.
2.4 Prestasi
Belajar
Prestasi
berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie
yang berarti hasil usaha.
Zainal Arifin
mendefinisikan prestasi belajar sebagai kemampuan, keterampilan dan sikap
seseorang dalam menyelesaikan sesuatu hal.
Prestasi belajar merupakan hasil yang di capai oleh
seseorang setelah memperoleh proses untuk mendapatkan perubahan tingkah laku
baik kognitif, efektif, maupun psikomotorik. Prestasi belajar adalah bukti usaha
yang dicapai dalam belajar, keberhasilan dari rangkain proses belajar mengajar.
Dalam lembaga pendidikan biasanya dinyatakan dalam nilai, yang digunakan untuk
memonitor jalannya proses belajar mengaajar yanag dilakukan oleh peserta didik.
Prestasi adalah hasil yang sebenarnya dicapai atau hasil yang telah dicapai.
Prestasi belajar yang dicapai oleh seseorang
merupakan hasil interaksi antara beberapa faktor dengan lingkungan yang
mempelajarinya, yaitu faktor internal dengan faktor eksternal. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:
1)
Faktor-faktor Internal
Meliputi
fisiologis dan faktor psikologis. Contoh faktor fisiologis adalah kebutuhan
nutrisi, kesehatan dan fungsi panca indra. Di antara panca indra yang paling
memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telingga. Sedangkan faktor
psikologis mempengaruhi kualitas perolehan pembelajaran siswa, minsalnya
tingkat kecerdasan,sikap, minat, bakat, dan motivasi siswa.
2) Faktor-faktor
eksternal
Faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhu prestasi belajar meliputi:
a) Faktor
lingkungan sosial seperti masyarakat, teman-teman kelas,guru dan staf administrasi.
b) Faktor
lingkungan non sosial seperti gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar
dan waktu belajar yang digunakan siswa.
c) Faktor
pendekatan belajar sebagai strategi dalam efektifitas dan efesiensi proses
pembelajaran.
Prinsip-prinsip
dalam pengukuran prestasi adalah :
(a) Harus
mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan
instruksional.
(b) Harus
mengukur sample yang representative dari hasil belajar dan dari materi yang
dicakup oleh program instruksional/pengajaran.
(c) Harus
berisi item-item dengan tipe paling cocok belajar mengukur hasil belajar yang
dihasilakn.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1
Model
anomali yang dikembangkan mempunyai karakteristik.1). dilandasi pandangan
konstruktivisme dengan memperhatikan pengalaman dan konepsi awal siswa. 2).
Pembelajaran berpusat pada siswa, 3). Melaksanakan kegiatan hands-on dan minds-on
3.1.2
Prestasi belajar siswa dalam
pengembangan pembelajaran menggunakan model Anomali
3.1.3 Minat siswa dalam mengembangkan
pembelajaran menggunakan model Anomali.
3.2 Saran
Berdasarkan
pada kesimpulan yng dikemukakan diatas, dalam rangaka untuk meningkatkan
prestasi belajar maka diajukan beberapa saran yaitu:
3.2.1
Guru hendaknya dapat menciptakan suasana proses belajar mengajar yang baik agar
anak dapat memusatkan perhatiannya secara penuh.
3.2.2
penelitian mengembangkan ini masih sangat terbatas, oleh karena itu bagi
penelitian lain yang akan melakukan penelitian yang sama hendaknya melakukan
penelitian pada materi atau subyek penelitian yang berbeda.
3.2.3
Bagi guru diharapakan memilih dan mengembangkan kegiatan-kegiatan yang cocok
dan khas serta sesuai dengan materi yang menggunakan pendekatan konstruktivisme
dengan berbagai strategi dan metode pada materi lain sehingga siswa
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmat Sudrajat. Pendekatan Konstrutivisme. http.// akhmat
sudrajat.
Wordpress.com, di akses tanggal 9 Desember 2008
Anas Sudjono. 2003. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta
: Raja Grafindo persada.
Aries Mada. Penelitian Afektif ://aries
mada.net/kurikulum/penilainan afektif.pdf
Bamabang Sudibyo. 2007.
Materi Sosialisasi dan Pelatian Kurikulum KTSP
SMA.
Jakarta : DEPDIKNAS
Winkel.Ws,
1998. Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi
Pendidikan. Jakarta :
Gramedia.
Zainal
Arifin. 1991. Evaluasi Instruksional
Prinsip-Tekhnik-prosedur. Bandung :
Rineka Cipta.
Arifin, Zaenal.
1992. Evaluasi Instruksional. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Arikunto.
Suharsimi, 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi
Revisi).
Jakarta:
Bumi Aksara
Arikunto.
Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Darsono. Max,
dkk. 2001. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung:
Sinar
Baru Algesindo
Mulyasa. 2004. Kurukulum
Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Nurhadi dkk.
2003. Pembelajaran kontekstual (CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Malang
: Universitas Negeri Malang
Syah, Muhibbin.
2002. Psikologi belajar. Jakarta : PT Raja Grasindo
Persada.
Komentar
Posting Komentar